Datang pertama kali di tanah Sulawesi pada tahun 1984 atau sekitar 40 tahun lalu.
Saat itu dengan tujuan untuk melanjutkan pendidikan di IKIP Ujung Pandang (sekarang Universitas Negeri Makassar).
I Wayan Natha mengambil jurusan Pendidikan Olahraga di kampus yang terkenal sebagai pencetak guru-guru di bagian timur Indonesia tersebut.
Saat sekolah, I Wayan Natha menceritakan dirinya dulu sangat nakal dan beberapa kali pindah sekolah.
"Saya di Bali nakal sekali. Suka berkelahi. Saya dibilang preman dulu. Tiga kali pindah sekolah," katanya.
Karena hal itu, ayahnya memilih Makassar sebagai tempatnya berkuliah.
"Pada saat pendaftaran masuk kampus, ayah saya pilihkan kode Makassar. Alasannya, karena saya suka berkelahi, jadi dia bilang Makassar cocok sama kau," ungkapnya.
Selama kuliah di Makassar, I Wayan Natha membiayai kebutuhan hidup dengan menjadi seorang loper koran.
"Biasa kiriman saya lambat datang dari Bali. Saya bilang gawat kalau begini. Terpaksa lah saya menjadi loper koran dan menjual koran di pinggir-pinggir jalan," ceritanya.
Baca juga: Kisah Heroik Mitra Driver GoCar Bantu Penumpang Melahirkan di Mobil
"Selain itu saya juga pernah jadi buruh bangunan dan buruh angkat karung di pelabuhan Sukarno," tambahnya.
Makassar yang terkenal keras, mendidiknya menjadi seorang yang mandiri.
Pada tahun 1987, I Wayan Natha menyelesaikan pendidikan S1-nya.
Dia lalu diangkat dan ditempatkan sebagai guru olahraga di SMP Ranggong Daeng Romo, Takalar.
Aktif Berkegiatan
Di Takalar, I Wayan Natha aktif di kegiatan-kegiatan sosial, kebudayaan, olahraga, dan pegiat media.