TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Para buruh panggul di Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar, menghadapi tantangan besar dalam mencari nafkah.
Dengan penghasilan yang tidak menentu, mereka bergantung pada jadwal kapal dan keinginan penumpang menggunakan jasa mereka.
Nursam (58), salah satu buruh panggul, telah menghabiskan separuh usianya di pelabuhan tersebut.
Meski hampir memasuki usia 60 tahun, ia tetap semangat bekerja.
"Saya masuk sesuai jadwal sandarnya kapal," kata Nursam saat menunggu kedatangan Kapal Ciremai, Selasa (18/3/2025) pukul 20.00 WITA.
Namun, jadwal kapal yang tidak pasti membuatnya harus menunggu berjam-jam.
Awalnya, kapal dijadwalkan tiba pukul 17.00 WITA, tetapi hingga matahari terbenam, kapal belum terlihat.
"Kadang kami sudah siap, tapi kapal terlambat, jadi harus sabar menunggu," ujarnya.
Pendapatan Tidak Menentu
Sebagai buruh panggul, pendapatan Nursam sangat bervariasi.
Dalam sehari, ia bisa mendapatkan hingga Rp100 ribu jika beruntung.
"Kalau koper tiga dan beberapa dus kecil, bisa Rp100 ribu. Tapi kalau hanya satu koper biasa, paling Rp50 ribu," jelasnya.
Namun, tidak setiap hari ia mendapatkan penghasilan. Bahkan, ia pernah pulang tanpa uang selama dua hari berturut-turut.
"Pernah dua hari tidak dapat apa-apa, ya mau bagaimana lagi," ucapnya pasrah.
Beruntung, dari tiga anaknya, dua sudah bekerja sehingga kebutuhan sehari-hari sedikit terbantu.