Thamzil Thahir
Editor In Chief Tribun Timur
LAILATIN Mubarakatin (لَيۡلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ) adalah julukan lain Al Quran untuk Lailatil Qadri ( لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ).
Lail (ليلة) berarti suatu malam.
Mubarakah (مبركة) diartikan terberkati.
Sedangkan Qadr (قدر) itu berarti satu (mufrad bukan jamak) malam kemuliaan.
Istilah Lailatul Qadr lebih dulu diperkenalkan di 3 ayat pertama Surah ke-97 Al Qadr.
Lalu menyusul lailatin mubarakatin di ayat ke-3 surah ke-44; Addukhan (asap).
(إنّا أَنزَلنَهُ فى ليلةٍ مبركةٍ انّا كُنّا منذرين).
Sesungguhnya Kami menurunkan ( Al Quran ) pada malam yang diberkahi. ) Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.
Sebelum istilah lailatin mubarakatin, Allah lebih dulu menggunakan dua dari 14 huruf (misteri) muqattaat; Haamim (حمٓ) lalu menjelaskan nama dan manfaat lain Al Quran dengan huruf waw (و) qasam bentuk makrifat (telah diketahui) (والكتب المبين)؛ demi Kitab yang -telah- sangat jelas).
Setelah memperkenalkan diturunkannya Al Quran di "malam terberkati" itu Allah menjelaskan lagi; pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah dan (QS 44:4, 5 dan 6), yang menjelaskan pada malam terberkati itu diturunkan (semua ketentuan mulia) versi Kami sebagai pengutus para rasul-rasul yang menjadi rahmat bagi kalian di Bumi, (karena) Allah Maha Mendengar (السميع) dan lagi Maha Mafhum (العليم).
• Lailatul Qadri dan Isra Miraj; Tentang 2 Wujud dan Kemampuan Jibril
Selain di 3 ayat pertama Surah Alqadr, Istilah lailatul qadri tak pernah lagi diulang di 6.233 ayat lain.
Demikian halnya istilah lailatin mubarakatin, juga tak pernah lagi ditemukan di 6.235 ayat di 143 surat lainnya.
Dua istilah itulah yang kemudian jadi rujukan bahwa Alquran diturunkan kali pertama di waktu malam, bukan siang.
Penjelasan (tambahan) bahwa Al Quran diturunkan di (satu malam) bulan Ramadan, baru diperoleh 12 tahun kemudian, di bulan Syaban tahun 2 Hijriyah (622 M), di ayat 186 Surah Albaqarah.
Kapan tanggal persisnya; ulama mulai berbeda pendapat.
Ada yang menyebut sepanjang malam Ramadan. Namun termasyhur disebut pada 5 malam ganjil (witr) 10 hari terakhir (selama ada) bulan Ramadan.
Istilah Lailatul Qadr kemudian ditakwilkan untuk malam-malam kemuliaan pesan dan perintah Alquran turun berangsur-angsur ke bumi manusia.
Sementara lailatul mubarakah ditakwilkan untuk malam diturunkannya Al Quran secara utuh dari Ars, lalu Sidratul Muntaha, dan lalu bersemayam di langit terdekat di Bumi, sesuai konteks persoalan yang dihadapi Rasulullah Muhammad di Bumi Mekkah dan Madinah.
Tentang kenapa umat Muslim diminta mengejar lailatul qadr itu hanya karena momen ini hanya di bulan ke-9 sepanjang tahun, dan tak adanya jaminan pasti, bahwa kita akan bertemu Ramadan tahun berikutnya.
Lagian, -mau itu lailatul qadr atau lailatul mubarakah-, keduanya persoalan ghaib dan hanya Allah yang tahu.
Sudahlah kita perbanyak ibadah saja agar mendapat pengampunan dari dosa-dosa kita terdahulu.
قال رسول الله ﷺ (من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدّم من ذنبه) .
Jadi kita tak hanya mengejar momen, namun janji pahala berlipat ganda setara 1000 bulan (83 tahun) di 30 hari bulan penuh kemuliaan dan keberkahan itu.
Wallahu a'lam bi shawab.(*)
Mariso, 23 Ramadan 1442 H/6 Mei 2021