Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mukjam Ramadan

Lailatul Qadri dan Isra Mi'raj; Tentang 2 Wujud dan Kemampuan Jibril

SEKITAR tahun ketiga Hijriyah (624 Masehi), --pada majelis sahabat di pelataran Raudah Madinah--, Nabi Muhammad SAW menceritakan, hanya dua kali dia

Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
MICHAEL HULKIAWAR
Ilustrasi, Ambon, Provinsi Maluku. 

Thamzil Thahir

Editor In Chief Tribun Timur

SEKITAR tahun ketiga Hijriyah (624 Masehi), --pada majelis sahabat di pelataran Raudah Madinah--, Nabi Muhammad SAW menceritakan, hanya dua kali dia melihat Jibril dalam bentuk asilnya;

Pertama, di malam Lailatul-Qadr, atau Nuzulul Al Quran di Gua Hira (17 Ramadan 610 M);

Kedua, di Sidratul Muntaha ketika mi'raj, untuk menerima perintah sholat (Rajab tahun kedua sebelum Hijriah, 620 M)

Lantas bagaimana wujud asli Jibril?

Sahabat Jabir bin Abdullah (607-697 M) pernah mendengarkan Nabi berujar, "Aku telah diberi izin menceritakan tentang sesosok malaikat dari malaikat Allah yang bertugas membawa Arsy. Sesungguhnya, jarak antara ujung telinga dengan bahunya setara perjalanan tujuh ratus tahun."

‎(....بين شحمة أُذنه الى عاتقه مسيرة سبع مائَةِ عام) ini artinya sayap Jibril melingkupi dua kutub bumi dan langit -- HR; Abu Daud No 4102. Shahih--

Di riwayat lain digambarkan, fisik Jibril dalam pandangan mata manusia memiliki enam ratus sayap antara masyriq (timur) dan maghrib (barat) sayap.

Pakaiannya putih lembur laksana mutiara di wadah air.

Ini tentang besar, tinggi, dan luas wujud Jibril.

Inilah yang mengkonfirmasikan mobilitas dan kecepatan Jibril membawa Nabi dari Mekkah ke Masjidil Aqsa, lalu menerbangkan (isra) secepat kilat ke langit sidratul muntaha' dan memulangkannya (mi'raj) ke bumi manusia.

Tentang "volume dan kemampuannya", sebuah riwayat yang dinukilkan Ibn Katsir, menyebutkan; Dalam perjalanan suci Isra' Mi'raj, sesampainya di pos perjalanan Sidratul Muntaha, Malaikat Jibril tidak sanggup lagi mendampingi Rasulullah untuk terus naik menghadap kehadirat Allah SWT;

Jibril pun berkata, "Aku sama sekali tidak mampu mendekati Allah, perlu 60.000 tahun lagi aku harus terbang. Itulah jarak antara aku dan Allah yang dapat aku capai. Jika aku terus juga ke atas, aku pasti hancur luluh."

Penggabaran ini sekaligus mengabarkan, bahwa Nabi Muhammad lebih "kapabel" dari Jibril karena bisa tembus Langit Arsy untuk menerima perintah shalat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved