Opini

Nurdin Abdullah, KPK, dan Jejaring Korupsi di Sulsel

Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Sulsel nonaktif, Nurdin Abdullah saat mengikuti konferensi pers terkait Operasi Tangkap Tangan (OTT) dirinya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (28/2/2021) dini hari. 

Akbar Faizal

Direktur Eksekutif Nagara Institute, mantan anggota Komisi III DPR RI

DIMULAI langsung dari pucuknya, Gubernur Nurdin Abdullah, KPK mengobrak-abrik Sulawesi Selatan ( Sulsel ).

Sebuah penantian yang lama.

Saya pernah mengeluhkan soal ini kepada pimpinan KPK dan Deputi Penindakan saat itu, Firli Bahuri, yang kini menjadi Ketua KPK.

Mengapa lembaga antirasuah ini selalu 'melewati' Sulsel dalam berbagai operasinya?

Setelah Jawa Tengah, misalnya, operasi KPK berikutnya meloncat ke daerah timur Indonesia lainnya.

Atau mengubek-ubek wilayah barat setelah mengobok-obok Jawa Barat atau Jawa Timur.

Perselingkuhan para penguasa wilayah dengan kontraktor infrastruktur yang lalu bermetamorfosis menjadi cukong sudah sangat memuakkan.

Pesta pernikahan putra seorang cukong proyek infrastruktur dengan putri cukong lainnya di sebuah hotel mewah di Makassar, beberapa tahun lalu adalah penampilan terbuka keakraban mereka.

Hampir semua kepala pemerintahan daerah dan penegak hukum hadir.

Larut dalam kemewahan pesta.

Para pemerhati korupsi menyaksikan dari jauh dan semakin yakin perselingkuhan itu masif.

NA atau Nurdin Abdullah menang Pilkada Gubernur pada 2018 terutama oleh keberhasilannya mengubah wajah Bantaeng.

Kabupaten miskin yang wilayahnya hanya tujuh kecamatan itu menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan sebuah daerah.

Halaman
1234

Berita Terkini