TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Plt Dirut PDAM Makassar Hamzah Ahmad menemui Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Jl Sungai Tangka Kota Makassar.
Kunjungan Hamzah, ini terkait penyaluran air bersih dalam kondisi Makassar yang dilanda musim kemarau (kering).
BPN Mamasa Ungkap Masih Ada Tersisa 61.000 Bidang Tanah Belum Disertifikasi Hingga Tahun 2019
Gelar Penyuluhan Hukum, IAIN Palopo Datangkan Dosen UIT Sebagai Pemateri
Jendral TNI Fachrul Razi Menteri Agama RI, Diminta Urus Radikalisme, Ini Profil, Ikut Pecat Prabowo
BPN Mamasa Target Sertifikatkan 12 Ribu Bidang Tanah
VIDEO: Preview Liga Champions Genk vs Liverpool - Jangan Beri Ampun Salah, Firmino, Sadio Mane
Menurut Hamzah, untuk mengoptimalkan pelayanan manajemen PDAM Kota Makassar memungsikan enam pompa untuk memasok kebutuhan air baku yang akan diolah menjadi air bersih.
"Saat ini meski debit air kecil, tapi semua teratasi pak Gubernur. Khususnya warga kota dan kawasan industri," kata Hamzah ke Gubernur, Rabu (23/10/2019).
Meski harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mengoperasikan enam pompa air tersebut, tidak menjadi sulit bagi Hamzah.
Datanya, mengoperasikan pompa air baku di Mongcongloe, menurut Hamzah Ahmad butuh biaya Rp 700 juta, dan pompa air baku di Malengkeri sebesar Rp 200 juta.
"Agak mahal memang. Tetapi ini harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar air bersih bagi warga Makassar," katanya.
Dijelaskan, dampak positif dari pemanfaatan enam pompa air baku itu, PDAM Makassar mampu menaikkan pasokkan persediaan air bersih sekitar 900 liter per detik.
"Kalau tidak pakai pompa, IPA Panaikang tidak bisa beroperasi lagi. Pasokan air baku dari Bendungan Lekopaccing sudah tidak ada," katanya.
Pada kesempatan itu, Hamzah Ahmad juga melaporkan tentang pelayanan air bersih di timur Makassar meliputi Tallasa City dan Summarecon New City, proyek pengembangan pipanisasi kota raya Mamminasata, dan pipanisasi Barombong. (*)
Suhu Makassar Terpanas di Indonesia, BMKG Keluarkan Status Awas Kebakaran di 9 Daerah Ini
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) belum mencabut status waspada suhu panas di wilayah Sulawesi Selatan.
Beberapa hari terakhir, sebagian wilayah Sulsel dilanda suhu ekstrim diatas batas normal 35 derajat celcius.
Bahkan suhu di Makassar sempat mencapai 38,2 derajat atau suhu paling panas di wilayah Indonesia.
Baca: FOTO: Karaoke Princess Syahrini Makassar Rayakan HUT ke 5 Bersama Penyandang Disabilitas
"Untuk hari ini suhu masih mencapai 37,4 celcius," Kepala Stasiun Klimatologi Maros yang meliputi Wilayah Sulawesi dan Maluku, Hartanto kepada Tribun, Selasa (22/10/2019).
Dengan kondisi suhu yang ekstrim ini BMKG mengeluarkan status awas kebakaran untuk beberapa daerah di Sulsel.
Baca: Sekretaris Unhas Tegaskan Kesiapan Resertifikasi ISO 9001
Diantaranya Kabupaten Barru, Soppeng, Wajo, Bone, Sinjai, Maros, Gowa, Makassar, Takalar dan sekitarnya.
"Yang masuk dalam status awas adalah wilayah Sulsel bagian tengah dan selatan," kata Hartanto.
Sembilan daerah itu masuk dalam kategori awas karena berpotensi terjadinya kebakaran akibat suhu panas yang tengah melanda daerah tersebut.
Baca: KPK Minta Bank Sulselbar Tak Beri Pelayanan Khusus ke Kepala Daerah
Seperti peristiwa kebakaran kebakaran hutan yang terjadi di Gunung Lompobattang dilaporkan masih terus melanda hingga Selasa (22/10/2019) hari ini.
Kebakaran kawasan lahan bahkan telah merambah hingga ke kawasan Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa.
Menurut hasil pantaun satelit BMKG ada 10 titik api kebakaran di Kabupaten Gowa.
Baca: KPU Santuni 5 Petugas KPPS Meninggal di Makassar
Itu terjadi di daerah Bontolempangan, Parigi, Tinggi Moncong dan Bangkala.
"Dari hasil pantauan satelit asap akibat kebakaran di Gowa sudah masuk daerah Makassar. Dengan suhu kelembaban masih rendah dan angin masih kencang. Potensi menyebar dan sulit untuk dipadamkan," tuturnya.
Baca: Legislator Golkar Luwu Timur Tampung Aspirasi Desa Pasi-pasi
Kebakaran Hutan di Sekitaran Gunung Lompobattang, Warga Diimbau Segera Mengungsi
Warga setempat di sekitaran kawasan Gunung Lompobattang diimbau segera mengungsi dari tempat tinggal.
Imbauan tersebut disampaikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gowa menyikapi kebakaran hutan yang belum padam.
"Kondisi sekarang kami mengimbau masyarakat mengevakuasi warga yang dekat dengan kawasan," kata Kepala BPBD Gowa, Iksan Parawangsa kepada Tribun, Selasa (22/10/2019).
Baca: Prabowo Subianto Menteri Pertahanan? Posisi Edhy Prabowo, Nadiem Makarim, Nadiem Makarim, Mahfud MD
Baca: Jadwal Pekan Ketiga Liga Champions - Madrid dan Inter Wajib Menang! Klasemen dan Siaran Langsung
Baca: Korban Tabrakan Tambora Dipulangkan ke Rumah, Tagih Janji Kapolda Sulsel Merawatnya Hingga Sembuh
Ikhas menyampaikan, warga diminta untuk mengungsi ke di rumah keluarga ataupun kerabat terdekat yang dianggap aman dari jangkauan api.
Menurutnya, kobaran api masih terus berlangsung hingga saat ini karena tiupan angin yang tak menentu.
Petugas gabungan yang diterjunkan pun kewalahan untuk memadamkan api yang terus di tiup angin. Apalagi kemarau menerjang.
BPBD Gowa juga telah menyiapkan tenda-tenda pengungsian untuk warga setempat. Akan tetapi, katanya, warga lebih memilih pergi ke kediaman kerabat mereka masing-masing.
"Sejauh ini tidak ada warga yang bersedia tinggal di tenda. Mereka lebih memilih mengungsi di keluarganya," bebernya.
BPBD Gowa menyampaikan, kebakaran lahan dan hutan (karhutla) terjadi di Tompobulu meliputi kawasan Rappoala dan Rappolemba.
Dari data terakhit yang dihimpun BPBD Gowa, diperkirakan puluhan hektare karhutla di Rappolemba yang belum padam.
Saat ini, petugas gabungan yang turun yakni BPBD Gowa Dinas Damkar Gowa dan Jeneponto.
Kemudian TNI dan Polri, Manggala Agni, bersama Pemerintah setempat dan Masyarakat salung bahu membahu membantu dalam pemadaman Kawasan Hutan tersebut.
Diketahui, kebakaran hutan ini terjadi di kawasan Gunung Lompobattang sejak Minggu (20/10/2019) sekitar pukul 09.00Wita. Warga Rappolemba sudah meilih mengungsi sejak senin malam (21/10/2019).
Merambah ke Gunung Bawakaraeng, 10 Hektare Terbakar
Kebakaran hutan yang terjadi di Gunung Lompobattang dilaporkan masih terus melanda hingga Selasa (22/10/2019) hari ini.
Kebakaran kawasan lahan bahkan telah merambah hingga ke kawasan Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa.
Camat Tinggimoncong Andry Maurizt menyampaikan, total lahan yang terbakar di wilayah diperkirakan mencapai luas 10 hektare.
Menurutnya, api merambah ke wilayahnya sejak Selasa (22/10/2019) pukul 00:30 Wita.
Baca: Prabowo Subianto Menteri Pertahanan? Posisi Edhy Prabowo, Nadiem Makarim, Nadiem Makarim, Mahfud MD
Baca: Jadwal Pekan Ketiga Liga Champions - Madrid dan Inter Wajib Menang! Klasemen dan Siaran Langsung
Baca: Korban Tabrakan Tambora Dipulangkan ke Rumah, Tagih Janji Kapolda Sulsel Merawatnya Hingga Sembuh
Api pertama kali muncul pada pos 2 Gunung Bawakaraeng Lingkungan Lembanna Kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.
Lahan tersebut adalah milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKPSDA). "Sampai pagi ini masih ada titik api," kata Andry Maurizt kepada Tribun Timur.
Api terus meluas dan menyulitkan petugas karena tiupan angin yang bertiup kencang. Bahkan api telah meluas hingga ke pos 3 dan pos 1.
"Api sudah merambah mendekati kampung Topidi Kelurahan Bontolerung," bebernya.
Petugas gabungan masih terus berjuang memadamkan api hingga saat ini. Langkah-langkah yang dilakukan petugas yakni mendatangi TKP dan membantu memadamkan api.
"Kita juga berkoordinasi dengan tim Manggala Agni dan instansi terkait," terang Andry Maurizt.
Tim gabungan hanya menggunakan peralatan seadanya untuk memadamkan api. Peralatan itu yakni rangsel air.
Kebakaran Lahan di Uluere Bantaeng
Lahan terbakar di Muntea, Loka, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Senin (9/9/2019).
Kebakaran terjadi diduga karena adanya pembukaan lahan baru.
Dua unit armada pemadam dikerahkan ke lokasi untuk melakukan pemadaman.
Kasi Ops Damkar Bantaeng, Irfan Nurmin mengatakan kebakaran terjadi sejak pagi hingga malam ini.
Sekitar pukul 17.00 Wita, Camat Uluere sempat melaporkan ke damkar api mulai mendekat kepemukiman warga.
"Api belum padam, lahan terlalu luas apalagi angin sangat kencang sehingga api sulit dipadamkan," kata Irfan.
"Dua armada tidak cukup karena sudah ada puluhan hektar lahan terbakar. Jadi saat ini tidak ada lagi armada yang diturunkan karena susah akses jalan kesana dengan melewati jalan berkelok," tambahnya.
Suhu di Sulsel 38,2 Derajat Celcius, Waspada Kebakaran
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali mengeluarkan peringatan dini agar waspada dengan suhu ekstrim yang akan melanda wilayah Sulawesi Selatan
Berdasarkan historis data pencatatan parameter cuaca termasuk suhu ekstrim yang terjadi di wilayah Sulsel termasuk wilayah Makassar dan sekitarnya didominasi terjadi pada bulan Oktober.
Itu dibuktikan dengan hasil pengamatan BMKG sekitar pukul 13.00 wita bahwa suhu hari ini tercatat mencapai 38.2 celcius. Suhu ini diatas ambang batas normal.
Baca: Haru! Prabowo Subianto-Sandiaga Uno Hormat ke Jokowi Dua Kali, Standing Ovation untuk Jusuf Kalla
"Ini merupakan suhu tertinggi untuk bulan Oktober sepanjang pengamatan," kata Kepala Stasiun Klimatologi Maros yang meliputi Wilayah Sulawesi dan Maluku, Hartanto, kepada Tribun, Minggu (20/10/2019).
Ini merupakan suhu tertinggi untuk tahun ini tanpa dipengaruhi oleh El Nino, suhu tertinggi ketiga yang pernah terjadi (2 tertinggi saat El Nino).
Baca: Asisten Pelatih PSM Ini Sebut Persija Sukses Manfaatkan Serangan Balik
"Ini terjadi karena diperngaruhi oleh intensitas radiasi matahari yang mencapai maksimum, tidak ada tutupan awan signifikan dan angin timuran yang menguat," paparnya.
Hartanto suhu di atas 35 derajat celcius merupakan suhu paling tinggi sempanjang beberapa tahun silam. Dimana pada tahun 1994 suhu tertinggi mencapai 37,6 derajat celcius. Lalu 2014 suhu tertinggi tercatat hanya Rp 37,8 derajat celcius.
Baca: 6 Fakta Istri Maruf Amin, Wury Estu Handayani: Terpaut Usia 31 Tahun, Istri dari Pernikahan Kedua
Kondisi suhu ekstrim (lebih dari 35 Celcius) diprediksikan kata Hartanto masih akan terjadi selama bulan oktober 2019 tahun ini.
Olehnya dengan suhu ekstrim, Hartanto mengimbau kepada masyarakat untuk mengantisipasi kekeringan, kekurangan air bersih dan kebakaran.
Laporan wartawan Tribun Timur, Saldy