Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kisah Sertu Mustari, Purnawirawan Kopassus Asal Jeneponto Dapat Bantuan Rumah dari Kasad

Kehadiran Abdul Muthalib juga membawa pesan dari Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI Maruli Simanjuntak.

TRIBUN-TIMUR.COM/MUH AGUNG
Mustari, purnawirawan TNI saat tertidur di rumah kecilnya, 2x2 meter beberapa waktu lalu 

TRIBUN-TIMUR.COM, JENEPONTO - Dandim 1425 Jeneponto, Letkol Inf Abdul Muthalib Tallasa menyambangi kediaman purnawirawan TNI, Mustari Baso di Dusun Kunjung Mange, Desa Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel) Minggu (3/8/2025) malam.

Kunjungan tersebut merupakan bentuk perhatian TNI AD atas kondisi Mustari yang kini hidup di rumah 2x2 meter usai ditinggal istri dan anak-anaknya.

Kehadiran Abdul Muthalib juga membawa pesan dari Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI Maruli Simanjuntak.

"Komando atas akan dibuatkan rumah dari bapak Kasad (untuk Mustari)," ujar Abdul Muthalib via telepon, Senin (4/8/2025).

Pembangunan rumah tersebut kini dalam tahap penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB). 

"Kalau (RAB) sudah siap kita hitung-hitungan, baru kalau sudah selesai baru kita bangun," ucapnya

Dandim juga menyampaikan kondisi terkini Mustari.

Selain itu, bantuan kemanusiaan dari rekan-rekan sesama baret merah atau Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) terus mengalir untuk Mustari.

"Alhamdulillah kondisinya Pak Mustari sehat," ungkapnya

Kisah Mustari yang kini tinggal di rumah kecil telah viral dan menyentuh banyak kalangan. 

Utamanya keluarga besar TNI dari satuan elit Kopassus yang dulunya dikenal RPKAD.

"Ini kan udah viral nih, apalagi kan ini purnawirawan dari TNI (RPKAD), jadi ya viralnya sampai ke Kasad, apalagi bapak Presiden Prabowo lihat toh, jadi mantan Kopassus turun tangan semua," pungkas Dandim.

Rencana pembangunan rumah layak huni ini menjadi harapan baru bagi Mustari di usia senjanya. 

Dukungan dan perhatian dari institusi TNI akan memberikan semangat hidup serta pengakuan atas jasa dan pengabdian beliau di masa lalu.

Di sudut Kampung Kunjung Mange, Desa Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel) hidup seorang lelaki tua bernama Mustari Baso. 

Mustari bukan orang biasa, ia adalah purnawirawan TNI berpangkat terakhir Sersan Satu (Sertu). 

Dahulu ia berdinas di satuan paling elit, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), kini dikenal Kopassus.

Namun diusia 82 tahun, Mustari menjalani hari-harinya dengan sunyi di ruangan berukuran 2x2 meter.

Lokasinya tepat di belakang rumah keluarga, H Jalling, yang bersedia menampungnya. 

Tidak ada lagi suara barak dan hormat bendera.

Hanya suara angin dan dinding seng yang menemani masa tuanya.

Ditemui Tribun-Timur.com, Sabtu (2/8/2025) sore, Mustari masih mengingat dengan samar pengalaman hidupnya. 

Dengan suara lirih dan terbata, ia mengenang masa tugasnya di era Presiden Soeharto.

“Saya pernah tugas ke Timor-Timor dua kali, saya juga pernah buru PKI,” ucap Mustari sambil tersenyum kecil. 

Mustari sering mengelu-elukan nama Prabowo dan Soeharto.

Dua tokoh yang melekat dalam ingatannya sebagai pemimpin.

Namun jauh dari kemegahan masa lalu, Mustari mengakui kehidupannya kini tak lagi sama. 

Ia ditinggalkan istri dan anak-anaknya.

“Iye, saya ditinggal sama anak-anak karena maklumlah, dia mau ikut mamanya atau ikut saya, kalau ikut saya, kasihan, saya masih bertugas," ujarnya.

Hj Sattunia, istri dari H Jalling yang kini merawatnya, menyebut jika anak dan istri Mustari tak pernah datang berkunjung.

Hanya pernah menelepon sekali, dan berjanji akan membantu.

“Katanya mau bantu, tapi sampai sekarang tidak ada bantuannya sama sekali,” ucapnya. 

Menurut Sattunia, uang pensiun Mustari pernah diambil diam-diam oleh anaknya sebesar Rp 100 juta.

Kini, sisa gaji pensiun Mustari hanya Rp400 ribu. 

Mustari kata Sattunia, sempat ditemukan tidur di bawah jembatan Tino, Kabupaten Bantaeng.

Bahkan pernah terlantar di Terminal Malengkeri, Makassar. 

"Anak yang tinggal di Makassar sempat berjanji menjemput, tapi tidak pernah datang," sebutnya.

Singkat cerita, seseorang membawa Mustari ke pinggir jalan, tepat di depan rumah H Jalling. 

Dari sanalah cerita haru Mustari kembali dimulai.

"Sudah dua tahun menetap di sini dan saya yang merawatnya," tutur Sattunia.

Batituud Koramil 05 Batang, Pelda Alimuddin yang mendatangi rumah tersebut bersama Kapolsek Batang Iptu Purwanto membenarkan status Mustari sebagai purnawirawan TNI.

"Beliau ini purnawirawan TNI, menurut keterangan beliau masuk di grup 1 Kopassus Cijantung kemudian pensiun terakhir di Kodim 1411 Bulukumba tahun 1992," kata Alimuddin.

"Beruntungnya beliau ini dirawat oleh pihak keluarga yang masih mau merawat, anak-anaknya ada di Jakarta, pokoknya tidak ada di Jeneponto. Seandainya tidak dipedulikan mungkin beliau tinggal dipinggir jalan lah," tutup Alimuddin.

Di ruangan 2x2 tersebut, Mustari masih memiliki seragam TNI dilengkapi lambang Kopassus di bahu kiri dan papan RPKAD di dada kiri serta papan nama M.K.R Baso, (Mustari Karaeng Baso).

Dalam buku Keterangan Mengenai Pensiunan, Mustari bernama lengkap Mustari Baso Sertu Purn TNI-AD, lahir 5 Februari 1943.

 

Laporan Jurnalis Tribun-Timur.com, Muh Agung Putra Pratama

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved