Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Anshar Aminullah

Gajah dalam Ruang Demokrasi

Pidato ini juga menandai era baru dari parpol yang pernah menggunakan jargon partai anak muda dan partainya para Bro dan Sis. 

Editor: Saldy Irawan
zoom-inlihat foto Gajah dalam Ruang Demokrasi
DOK PRIBADI
Anshar Aminullah

Bahkan disinyalir campur tangan kekuatan besar milik negara ikut mensupport hingga ke level grassroots, masih juga belum mampu mengangkat ke ambang batas resmi. Namun hadirnya putusan Mahkamah Konstitusi nomor 116/PUU-XXI/2023 beberapa waktu lalu, seolah menjadi angin segar bagi PSI. 

Dimana andaikan perolehan suaranya tak mengalami perubahan signifikan, putusan ini juga tentu menjadi jalan tol ke Senayan bagi PSI di 2029 nanti. Namun yang namanya melintas di jalan tol, yah tetap saja membutuhkan bensin elektoral yang real, PSI tentu sangat paham dengan hal ini.

Persoalan yang tidak kalah krusialnya, adalah isyu ijazah palsu yang masih mendera ayah dari Ketua Umum partai ini. Yang hingga saat ini masih berpolemik dan menimbulkan beragam reaksi. Respon yang kurang lebih tetap membawa dampak kurang bagus bagi upaya partai ini meraih simpati khalayak. 

Pun dengan isyu pemaksulan sang kakak dari posisi wakil pemimpin tertinggi di Indonesia. Berbagai jejak digital serta perjalanan akademik Wapres ke 14 ini, masih menduduki rating populer di berbagai medsos dan group-group Whatsapp.

Jejak dan perjalanan studinya ini kerapkali dipantaskan dengan hasil output berupa kualitas SDM dari putra sulung presiden ke 7 ini. Kedua isyu ini berpotensi menjadi penyumbang signifikan minimnya minat publik untuk mencoblos para caleg, serta calon pemimpin usungannya nanti di 2029. 

Kondisi ini jauh hari memang telah diingatkan oleh Habermas (1962) yang melihat ruang publik jika di era sekarang ini tentu tak mengecualikan media sosial dan grup WA sebagai arena diskursus rasional. Dimana isu akademik yang muncul tanpa ada upaya rasionalisasi yang kuat, maka ruang publik membentuk diskursus negatif, dan Ini dapat dipastikan akan semakin memperburuk krisis kepercayaan (trust deficit) terhadap partai maupun tokoh objeknya. 

Dan Erving Goffman (1956) semakin mempertegas situasi rumit diatas sebagai “manajemen kesan” (impression management), dimana saat simbol kredibilitas rusak, maka semua panggung juga akan ikut runtuh.

Usia Belia, Beban Dewasa

Salah satu Dewan Pimpinan Wilayah yang menarik perhatian pasca pelaksanaan Kongres 19-20 Juli kemarin adalah Sulsel. Mencuatnya nama MFG, putra Ketua Nasdem Sulsel, RMS untuk memimpin partai Solidaritas Indonesia di tingkat wilayah. 

Tentu ini sebuah rekor tersendiri bagi seorang MFG, menjadi pemimpin muda partai level Propinsi tepat di kisaran Usia 19 tahun. Usia yang bagi kebanyakan anak muda lebih memilih untuk asyik dan seru dalam aktivitas belajar, membuat resume dan makalah di bangku kuliah. Plus sesekali memegang megaphone sambil nahan truk buat orasi di depan ban yang sedang terbakar. 

Juga memang tidak apple to apple, jika membandingkan kesibukan saya pribadi di usia demikian.

Dimana saat masih 19 tahun, harus bergelut dengan memikul keranjang ikan dari perahu ke lantai atas pelelangan ikan, sekedar membantu jualan ikan mendiang bapak saya demi menyambung hidup, mengharap sedikit rupiah, untuk memastikan uang iuran SPP bisa terbayar jelang masa akhir pelunasan. 

Sementara MFG dengan segala fasilitas yang tersedia, telah memikul tanggung jawab besar guna menyambung kelangsungan partai politik, dan harus memastikan perolehan suara signifikan jelang akhir rekapitulasi. Perbandingannya Langit dan bumi khan? 

Dalam banyak kondisi, memimpin organisasi di usia yang masih sangat muda, kadangkala lebih tersorot pada aspek kedewasaan publiknya. Sebuah bentuk kedewasaan yang hingga saat ini belum bisa didownload lewat koneksi internet namun lebih bisa didapati lewat koneksi internal dengan jaringan yang harus kuat.

Namun kehadiran MFG kedepan sepertinya akan menghadirkan atmosfer berbeda. Anak muda yang berasal dari Bumi Nenek Mallomo, tokoh legenda adat dan intelektual yang dikenal lewat kalimat legendarisnya:

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved