Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Deep Learning: Merangkai Nalar Kritis dan Karakter dalam Satu Napas Kurikulum

Lalu, bagaimana cita-cita itu diterjemahkan dalam praktik pembelajaran di ruang kelas?

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Thamrin Paelori Koordinator Pengawas Dinas Pendidikan Kota Makassar   

Pembelajaran mendorong pembelajaran dimulai dari pertanyaan mendalam, bukan dari definisi atau rumus.

Ini menumbuhkan nalar kritis sekaligus menghidupkan nilai: tanggung jawab, empati, dan kepedulian.

Selain itu dibutuhkan integrasi nalar dan nilai dalam proyek nyata. Proyek berbasis masalah (PBL) dan studi kasus membuat siswa tak hanya berpikir logis, tetapi juga menilai moral dari setiap keputusan yang diambil. Ini memperkuat dua pilar sekaligus: akal dan akhlak.

Asesmen merujuk pada bagaimana siswa berpikir, bersikap, dan bertumbuh. Juga menyadari setiap anak unik.

Maka guru merancang strategi belajar yang berbeda sesuai potensi, ritme, dan kebutuhan masing-masing siswa. Di sinilah keadilan dan penghargaan terhadap kemanusiaan ditumbuhkan.

Pembelajaran menumbuhkan ruang kelas sebagai tempat dialog dan kerja sama. Anak belajar menyampaikan ide sekaligus menghargai perbedaan dan menumbuhkan proses kognitif.

Guru: Penjaga Nalar dan Penanam Nilai

Arah kurikulum sudah jelas, tetapi pelaksana utamanya tetaplah guru. Dalam Pembelajaran Mendalam, guru bukan hanya pemindah isi pelajaran, tetapi penata lanskap berpikir dan moral siswa.

Guru merancang, mendampingi, dan merefleksikan pembelajaran bersama siswa. Ia hadir bukan sebagai kolaborator dan pengarah. Bukan hanya memberi tahu, tapi juga mengajak berpikir dan merasa.

Kurikulum Merdeka dan Profil dimensi lulusan memberi kita arah baru: mendidik manusia Indonesia seutuhnya.

Tidak hanya cerdas logikanya, tetapi juga luhur karakternya. Tidak hanya unggul dalam kompetisi, tetapi juga tulus dalam kontribusi. Kurikulum butuh generasi jujur dan peduli.  

Pembelajaran Mendalam adalah jembatan untuk mewujudkan itu. Ia menyatukan logika dan etika, mengaitkan akal dengan nurani, dan menyeimbangkan antara apa yang dipikirkan dengan apa yang diyakini dan diperjuangkan.

Dan semuanya dimulai dengan keberanian kita untuk merampingkan isi, memperdalam makna, dan memanusiakan proses belajar.

Sedikit materi, tetapi dalam makna. Sedikit isi, tapi banyak nilai. Itulah pembelajaran yang memanusiakan menghidupkan masa depan bangsa.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved