Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Amerika Serikat Resmi Tetapkan Tarif Impor 32 Persen, Disperindag Sulsel Pede Tak Terdampak

Indonesia termasuk dalam 14 negara tersebut, sebagai penerima tarif untuk barang ekspor ke AS bakal dikenai bea tambahan mulai 1 Agustus 2025.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM
PERDAGANGAN SULSEL - Plt Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel Munarti saat hadir di Studio Tribun Timur 19 Juni lalu. Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif 32 persen. Munarti mengaku kebijakan ini tidak berdampak signifikan di Sulsel. Sebab peta perdagangan sudah dialihkan ke negara lain, dengan nilai ekspor yang terjaga. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi mengumumkan kenaikan tarif besar-besaran baru terhadap 14 negara mitra dagang.

Indonesia termasuk dalam 14 negara tersebut, sebagai penerima tarif untuk barang ekspor ke AS bakal dikenai bea tambahan mulai 1 Agustus 2025.

Indonesia sendiri diketahui akan dikenai bea masuk sebesar 32 persen.

Lantas Bagaimana Perdagangan Sulsel ke AS?

Plt Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel Munarti menyebut secara keseluruhan tidak berdampak signifikan.

Saat diumumkan pertama kali pada April 2025, Disperindag bersama eksportir Sulsel telah duduk membicarakan peta perdagangan ke Amerika Serikat.

Munarti menyebut dari pengumuman pertama kali, hanya sekitar 20 persen eksportir Sulsel yang terdampak. 

Sementara 80 persen perdagangan tetap mampu menembus pasar AS

"Awal pemberlakuan pelaku usaha kan diberikan waktu tiga bulan, 90 hari (negosiasi). Beberapa (ekspor) sudah terkirim, hanya yang kira-kira merugikan di hold. Beberapa pelaku usaha yang tujuan amerika, 80 persen belum terdampak. Selebihnya 20 persen negara tujuan amerika itu berdampak, ada bisa negosiasi tapi hold dulu barangnya," ujar Munarti pada Selasa (8/7/2025).

Selama ini, Sulsel memang memiliki pasar perdagangan di Amerika Serikat.

Hasil perikanan Sulsel yang mendapat perhatian di Amerika Serikat.

"Dikirim rata-rata produk perikanan. Kita kirim raw material. Produk perikanan rozen dengan rata-rata masa tahan cukup lama," ujar Munarti. 

Diantaranya ragam jenis ikan, udang hingga rumput laut.

Kebijakan yang diumumkan Amerika Serikat ini, disebutnya tidak begitu berdampak di Sulsel

Sebab sejak 2025 Sulsel sudah mengalihkan peta dagang ke Timur Tengah.

"Yang (perdagangannya) baru Negara tujuan ke Amerika kita berikan pasar baru. Banyak ke timur tengah, Afrika Selatan," jelas Munarti.

Secara nilai ekspor, Munarti menyebut tetap terjaga meski beralih dari Amerika Serikat ke negara-negara timur tengah.

Pasalnya, perusahaan ekspor disebutnya telah menghitung secara matang dari pengiriman komoditas.

Mulai dari biaya distribusi sampai pasar baru di negara tujuan.

"Sebenarnya tidak (berbeda), karena kalau mereka mau menjual barang sudah memperhitungkan biaya transportasinya, logistik," ujar Munarti.

"Jadi pada dasarnya mereka menjual sudah menguntungkan. Kalau dari segi nilai tergantung dari komoditas apa yang diekspor," lanjutnya.

Sebagai contoh selama ini China menjadi pasar ekspor yang sangat menguntungkan.

Sebab kata Munarti, China berani mengambil harga yang tinggi terhadap barang Indonesia.

Disperindag Sulsel memang mulai mendorong diversifikasi perdagangan.

Artinya peta dagang disebar ke negara-negara berbeda, dengan tidak bertumpu pada satu negara besar saja.

Selain itu, Munarti menyebut Sulsel masih diuntungkan dalam negosiasi harga perdagangan.

Sebab komoditas ekspor masih dominan di ekspor raw material. Sehingga secara modal masih terhitung minim.

Hal berbeda dengan beberapa daerah di Jawa, yang sudah menjalani proses pengolahan. 

Dengan begitu Sulsel lebih mudah menemukan harga yang pas untuk ekspor komoditas.

"Kita bahan mentah. Tidak ada proses memakan biaya," jelasnya.

Secara umum, Munarti mengaku kebijakan Amerika Serikat ini belum berdampak signifikan di Sulsel

"Tidak berpengaruh, meski AS negara tujuan utama. Kita evaluasi selama ini tidak begitu berdampak," kata Munarti.

Kepala Disperindag Sulsel Ahmadi Akil lebih dulu menjelaskan tujuan ekspor kini mengarah ke Kawasan timur tengah.

Negara-negara semenanjung Arab dinilai jadi pasar internasional yang lebih stabil saat ini.

"Mulai mengarah ke timur tengah, kita arahkan ekportir ke timur tengah,vkarena melihat perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat," jelas Ahmadi Akil

Ahmadi Akil menyebut pengaruh perang dagang China dan Amerika Serikat sangat mempengaruhi harga.

Harga barang menjadi naik sebab dijerat aturan-aturan dari negara-negara yang terlibat perang dagang.

"Masih ada negosiasi politik, dan saya liat mulai melemah. Tapi untuk menjaga ekspor itu untuk mencari pasar baru, peluang pasar kita sangat bagus di timur tengah," kata Ahmadi.

"Pertanian, perkebunan dan perikanan kita jadi incaran pasar diluar," katanya.

Selain itu, komoditas buah-buahan juga disebutnya memiliki pasar yang bagus di timur tengah.

Negara-negara semenanjung Arab banyak membutuhkan buah-buahan, sehingga bisa menjadi peluang ekspor baru.(*)

 


 
 
 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved