Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

SPMB 2025

Pendaftaran SMA/Sederajat Negeri Ditutup, 13 Ribu Lulusan SMP Makassar Potensi Masuk Swasta

Sebanyak 13 ribuan calon siswa SMA dan sederajat bakal masuk sekolah swasta di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. 

Editor: Muh Hasim Arfah
ilustrasi by AI
DAYA TAMPUNG SMA-Ilustrasi by AI, Senin (30/6/2025), siswa SMP berjalan keluar dari gedung sekolah. Sebanyak 13 ribu lulusan SMP se-Kota Makassar berpotensi tidak tertampung di sekolah negeri. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR –  Sebanyak 13 ribuan calon siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat bakal masuk sekolah swasta di Kota Makassar, Sulawesi Selatan

Sebab, Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan sudah tak membuka lagi jalur. 

Jadwal pendaftaran ulang jalur terakhir, Jalur Prestasi Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025, Rabu-Kamis (3-4/7/2025). 

Pemerintah pun tak membuka lagi penerimaan siswa baru. 

Berdasarkan data pokok pendidikan (Dapodik), daya tampung SMA /SMK/MA negeri dan swasta sebanyak 23.815 di Kota Makassar

Sementara lulusan SMP se-Kota Makassar adalah 22.660. 

Sehingga, masih ada bangku kosong di Kota Makassar sebanyak 1.155 kuota. 

Hanya sekitar 8.508 kursi tersedia di SMA negeri.

Artinya, lebih dari 13 ribu lulusan SMP se Kota Makassar berpotensi tidak tertampung di sekolah negeri.

Mereka bisa masuk sekolah swasta

Desakan Masyarakat
Dinas Pendidikan (Disdik) Sulawesi Selatan (Sulsel) membuka peluang penambahan rombongan belajar (rombel) di sekolah negeri.

Hal ini menyusul tingginya jumlah peserta didik yang belum tertampung pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2025.

Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Iqbal Najmuddin, mengatakan penambahan rombel masih memungkinkan dilakukan, namun tetap melalui mekanisme dari Kementerian Pendidikan.

“Kalau itu dimungkinkan, tapi tentu dengan persetujuan dari pusat. Karena kementerian sudah menetapkan jumlah rombel untuk seluruh sekolah di Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan,” katanya, Selasa (2/7/2025).

Menurutnya, jika ada desakan masyarakat karena masih banyak anak belum tertampung di sekolah negeri, pihaknya akan mempertimbangkan pengajuan penambahan rombel.

“Misalnya kita mau arahkan ke sekolah swasta tapi orang tua tetap maunya di sekolah negeri, ya kita akan pertimbangkan. Tapi syaratnya, kita lihat dulu apakah sekolah itu masih punya ruang kelas atau tidak," ungkapnya.

"Kalau tidak ada, ya tidak memungkinkan, karena mau belajar di mana kalau kelasnya tidak ada,” tambah Iqbal.
Iqbal juga mengimbau para orang tua agar terbuka menyekolahkan anak di sekolah swasta, terutama jika sekolah negeri di sekitar tempat tinggal sudah penuh.

“Silakan pilih sekolah swasta yang dekat rumahnya. Jangan memaksakan masuk ke negeri kalau kapasitasnya sudah tidak mencukupi,” ujarnya.

Jika memungkinkan untuk penambahan rombel, lanjut Iqbal, kebijakan ini berlaku untuk semua sekolah, bukan hanya daerah tertentu.

“Kalau ada peluang dan ruangnya memungkinkan, tentu akan kita usulkan sesuai aturan. Tapi kembali lagi, ini butuh persetujuan pusat,” jelasnya.

Ketua Dewan Pendidikan Sulawesi Selatan, Prof Arismunandar, angkat bicara soal polemik daya tampung sekolah negeri yang tidak sebanding dengan jumlah pendaftar di Makassar.

Menurut Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Makassar (UNM) ini, ketimpangan tersebut terjadi setiap tahun dan semestinya jadi perhatian bersama.
"Jumlah pendaftar memang selalu lebih banyak dari kuota, itu sudah jadi hal biasa. Tapi ini menunjukkan pentingnya kehadiran dan peran sekolah swasta," katanya.

Data menunjukkan, jumlah pendaftar SMA negeri di Makassar mencapai hampir 20 ribu siswa. Namun, kursi yang tersedia hanya sekitar 8 ribu. Artinya, lebih dari setengah pendaftar berpotensi tidak tertampung di sekolah negeri.

Ia menyebut kondisi ini mirip dengan sistem penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri, yang kuotanya terbatas dan banyak ditopang kampus swasta.

"Harus ada kolaborasi. Sekolah negeri kapasitasnya terbatas. Jadi sisanya mesti ditampung sekolah swasta. Idealnya, siapa yang memang memilih negeri, siapa yang memang lebih cocok di swasta," beber mantan Rektor UNM dua periode itu.

Namun demikian, ia mengingatkan agar tidak ada siswa yang tersisih, terutama berasal dari keluarga tidak mampu.

Prof Arismunandar berharap sekolah swasta juga aktif menjawab persoalan ini.

Menurutnya, sekolah swasta yang memiliki kapasitas dan reputasi baik bisa membuka ruang lebih luas bagi siswa dari keluarga kurang mampu.

"Kalau bisa, sekolah-sekolah swasta yang bagus itu menyediakan kuota bebas biaya untuk siswa miskin. Itu bagian dari tanggung jawab sosial dalam dunia pendidikan," tegasnya.
Ia juga mendorong agar sistem penerimaan siswa baru di Sulsel makin inklusif, agar tidak hanya berpihak pada mereka yang punya akses lebih besar secara ekonomi maupun informasi.

Diketahui, data dari Dinas Pendidikan Sulsel mencatat, dari total 22 ribu lebih pendaftar di Makassar, hanya sekitar 8.508 kursi tersedia di SMA negeri.

Artinya, lebih dari 13 ribu siswa berpotensi tidak tertampung di sekolah negeri.

Padahal, secara keseluruhan daya tampung SMA dan SMK se-Sulsel mencapai 126.498 kursi.

Rinciannya, SMA 80.040 kursi dan SMK 46.908 kursi.

Sementara jumlah lulusan SMP diperkirakan sekitar 109.440 siswa.

Kondisi ini paling terasa di Kota Makassar, yang menjadi salah satu pusat pendidikan di Sulsel.

Jalur masuk sekolah unggulan pun telah rampung.

Empat SMA favorit di Makassar yakni SMAN 1, SMAN 2, SMAN 5, dan SMAN 17 telah menampung total 1.548 siswa dari jalur tersebut.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved