Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Menata Ulang Tata Kelola Pariwisata Soppeng: Perspektif Sosiologi untuk Pembangunan Berkelanjutan

Soppeng, yang dikenal sebagai “Bumi Latemmamala”, menyimpan potensi pariwisata yang luar biasa, baik dari sisi alam, sejarah, maupun budaya.

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
Dosen Sosiologi Fisipol Universitas Sawerigading Makassar, Dr Irwan SPd MPd 

Dengan semangat Sukses Setara yang menekankan kreativitas dan kesejahteraan, pemuda desa memiliki potensi luar biasa untuk menjadi motor penggerak pariwisata berbasis lokal.

Pemerintah Kabupaten Soppeng telah membuka ruang kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan kampus dan komunitas, untuk memperkuat literasi pariwisata melalui pelatihan keterampilan, pemanfaatan teknologi digital, serta pengelolaan destinasi yang berbasis potensi lokal.

Langkah ini tidak hanya memperkuat kapasitas generasi muda, tetapi juga mewujudkan cita-cita pariwisata yang unggul, kreatif, dan berkelanjutan.

Salah satu langkah strategis yang patut diapresiasi dalam pengembangan pariwisata di Soppeng adalah terbukanya peluang untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah daerah dan kalangan akademisi.

Dalam semangat Sukses Setara, riset dan kajian ilmiah memiliki peran penting sebagai fondasi perencanaan kebijakan yang berkelanjutan.

Akademisi, khususnya dari bidang sosiologi dan antropologi, dapat memberikan kontribusi signifikan melalui pemetaan sosial-budaya, analisis dampak sosial, serta rekomendasi berbasis data yang kontekstual.

Dengan memperkuat kemitraan ini, kebijakan pariwisata di Soppeng akan semakin tajam secara analitis, relevan dengan kebutuhan lokal, dan selaras dengan nilai-nilai kearifan daerah.

Distribusi manfaat ekonomi pariwisata juga perlu ditata ulang.

Jangan sampai keuntungan pariwisata hanya dinikmati oleh kelompok tertentu.

Pemerintah daerah bisa menyalurkan insentif dan dukungan promosi bagi pelaku UMKM, petani lokal, dan pengrajin tradisional agar mereka masuk ke dalam rantai pasok pariwisata.

Dengan langkah ini, semangat "setara" dalam slogan Sukses Setara dapat benar-benar dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Lebih lanjut, Soppeng membutuhkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) yang berpihak pada dimensi sosial dan budaya, bukan hanya fisik dan ekonomi.

Rencana ini harus disusun dengan melibatkan akademisi, tokoh adat, komunitas budaya, serta kelompok perempuan dan pemuda.

Hanya dengan cara ini, pariwisata Soppeng dapat bergerak dari pembangunan yang eksklusif menuju pembangunan yang kolaboratif dan berkeadilan sosial.

Sebagai penutup, saya ingin menegaskan bahwa keberhasilan pariwisata bukan diukur dari jumlah wisatawan semata, tetapi dari sejauh mana masyarakat merasa memiliki, terlibat, dan sejahtera dalam proses pembangunan tersebut.

Slogan Sukses Setara tidak akan bermakna jika pariwisata justru memperlebar ketimpangan.

Sebaliknya, ketika nilai-nilai lokal dikedepankan dan masyarakat menjadi subjek utama, maka Soppeng tidak hanya akan unggul dan kreatif, tetapi juga benar-benar sejahtera dan setara.(*)

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved