Haji 2025
Cerita Pengabdian Andi Rizki Tenryayu, Dokter Asal Bone Layani Jamaah Haji Lansia dan Risiko Tinggi
Andi Rizki Tenryayu bersama enam petugas haji bertanggung jawab penuh atas 386 jamaah haji dari kelompok terbang (Kloter) 9 Embarkasi Ujung Pandang
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Sakinah Sudin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Melayani dengan sabar, ikhlas dan tulus menjadi bagian tugas rutin Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) di Tanah Suci.
Hal ini setiap hari digeluti dr Andi Rizki Tenryayu, dokter asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Andi Rizki Tenryayu bersama enam petugas haji bertanggung jawab penuh terhadap 386 jemaah haji dari kelompok terbang (Kloter) 9 Embarkasi Ujung Pandang.
Tugas utama dokter berusia 32 tahun ini mengontrol kesehatan jemaah haji.
Mulai pemeriksaan rutin, pemberian obat-obatan, hingga penanganan rujukan kasus darurat, termasuk pendampingan langsung saat ibadah, terutama bagi jemaah haji lanjut usia (lansia) dan risiko tinggi (risti) berat.
“Pagi hari biasanya kami visitasi ke kamar jemaah haji risiko tinggi, jemaah haji lansia dan jemaah haji yang punya penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung,” kata Andi Rizki Tenryayu saat dihubungi Tribun-Timur.com, Minggu (1/6/2025).
“Di luar itu, kami jaga di posko satelit, jadi layanan medis tetap berjalan 24 jam nonstop,” tambahnya.
Andi Rizki Tenryayu mengatakan, jemaah haji lansia dan risiko tinggi butuh penanganan khusus.
Untuk jemaah haji lansia, lanjut Andi Rizki Tenryayu, pendekatannya perlu banyak sabar dan suportif.
Pasalnya, para jemaah lansia mudah cemas dan bingung di lingkungan yang baru.
Makanya, edukasi terus diberikan kepada mereka dengan mengingatkan minum air cukup, minum obat dan mengingatkan tanda bahaya secara langsung atau melalui grup WhatsApp.
Kemudian kontrol secara berkala dilakukan kepada jemaah haji yang memiliki komorbid serius, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, gangguan jantung dan gangguan mobilitas.
Andi Rizki juga langsung turun tangan membantu para jemaah haji yang butuh pendampingan saat ibadah, seperti Tawaf, Sai.
“Saya sangat bersyukur bisa membantu para jemaah haji selama di Tanah Suci,” akunya.
Selama sebulan menjadi TKHI, Andi Rizki mengaku banyak suka dan duka telah dirasakan.
Salah satu sukanya, ia merasa lebih dekat secara emosional dengan para jemaah haji berasal dari kampung halamannya, Kabupaten Bone.
Komunikasi lebih mudah dan banyak canda tawa. Para jemaah haji pun lebih terbuka saat butuh bantuan medis.
“Rasanya seperti menjaga keluarga sendiri,” ucapnya.
Namun, ada duka juga harus dirasakan dan menurutnya cukup berat.
Utamanya menghadapi jemaah haji yang tiba-tiba kondisinya memburuk dan wafat.
Ia bersama petugas lain sudah berikhtiar maksimal dengan pengobatan, pemantauan sampai rujukan ke rumah sakit. Akan tetapi, ada yang tak bisa tertolong.
“Di titik itu, kami sadar betul kuasa sepenuhnya ada pada Allah. Kita hanya bisa berusaha sebaik mungkin, tapi hasil akhirnya adalah takdir-Nya,” tutur alumni Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia ini (FK UMI) ini.
Pengalaman Menarik
Tak hanya suka dan duka, pengalaman menarik pun dilalui Andi Rizki. Hal itu terjadi ketika masih berada di Asrama Haji.
Waktu itu seorang jemaah haji lansia alami demensia, jemaah haji tersebut mengamuk di kamar dan memaksa ingin pulang ke rumahnya.
Anaknya pun coba menenangkan, tapi malah dipukul dan diteriaki. Hal ini membuat satu kamar menjadi panik dan stress.
Pendekatan pun diubah dari pendekatan medis ke pendekatan ala cucu kepada neneknya. Rupanya hal tersebut berhasil, Perlahan jemaah haji lansia tersebut bisa diajak bicara.
“Ini menjadi pengalaman yang paling membekas. Kami sadar ternyata pendekatan medis saja tidak cukup, tapi butuh juga pendekatan ala cucu ke nenek,” beber Andi Rizky.
Kendala Selama Haji
Andi Rizky mengungkapkan, sejumlah kendala dihadapi selama pelaksanaan haji.
Kasus infeksi pada saluran pernapasan (ISPA) cukup tinggi. Penyebabnya, cuaca yang ekstrim dan debu.
Di lain sisi obat-obatan terbatas karena ketatnya pengawasan.
“Obat sulit masuk dari Madinah karena ketatnya prosedur masuk Mekkah tahun ini,” ungkapnya.
Selain itu, jemaah lansia alami kelelahan dan dehidrasi ringan. Ada pula jemaah sulit diatur waktu istirahat karena memaksimalkan waktu yang ada untuk ibadah.
“Jemaah sulit diatur soal minum obat dan istirahat, karena terlalu semangat beribadah tanpa memperhatikan kondisi tubuh juga jadi tantangan,” ujar dokter yang bertugas di Puskesmas Patimpeng ini.
Makanya, semakin mendekati puncak haji, Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna), Andi Rizki mengingatkan para jemaah haji, khususnya lansia untuk istirahat yang cukup.
Ia meminta jemaah haji juga minum air minimal dua liter sehari walaupun dalam kondisi tak haus.
Tak lupa para jemaah haji membawa obat-obatan pribadi ke mana pun pergi. Jangan ragu minta bantuan ke petugas jika ada keluhan kesehatan.
“Yang paling penting, tidak memaksakan diri, karena ibadah haji juga sangat mempertimbangkan kemampuan fisik, bukan cuma semangat hati,” imbuhnya. (*
| Antrean Haji Bantaeng Paling Lama, Kementerian Haji akan Disamaratakan 26,4 Tahun |
|
|---|
| Menag Nasaruddin Umar Minta Maaf atas Layanan Haji 2025 |
|
|---|
| Foto-foto Kloter Terakhir Jamaah Haji Tinggalkan Madinah, Petugas: Semoga Mabrur Semua |
|
|---|
| Cerita Jamaah Haji Jalan Kaki dari Musdalifah ke Mina Sejauh 3 KM saat Suhu 48 Derajat |
|
|---|
| Wakil Bupati Jemput 360 Jemaah Haji Asal Wajo di Asrama Haji Sudiang |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/Cerita-Pengabdian-Andi-Rizki-Tenryayu-Dokter-Asal-Bone-Layani-Jamaah-Haji-Lansia-dan-Risiko-Tinggi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.