Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rektor UNM Prof Karta Jayadi: Mappinawang Sosok Religius dan Punya Karakter Sulapa Appa

Prof Karta Jayadi menyebut, Mappinawang sosok religius karena dua alasan.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM
BEDAH BUKU MAPPINAWANG – Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof Karta Jayadi (tengah) menjadi pembicara bedah buku Mengenang Jejak Mappinawang Santri Pejuang HAM dan Demokrasi di Gedung Islamic Centre IMMIM, Jl Jenderal Sudirman, Kelurahan Sawerigading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Kamis (8/5/2025). Prof Karta Jayadi sebut, Mappinawang sosok religius 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – “Bukan santri, tapi Mappinawang orang religius,” ungkap Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof Karta Jayadi mengenang sosok Mappinawang.

Hal ini disampaikan Prof Karta Jayadi saat menjadi pembicara Launching & Bedah Buku Mengenang Jejak Mappinawang Santri Pejuang HAM dan Demokrasi di Gedung Islamic Centre IMMIM, Jl Jenderal Sudirman, Kelurahan Sawerigading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Kamis (8/5/2025).

Prof Karta Jayadi menyebut, Mappinawang sosok religius karena dua alasan.

Pertama, Mappinawang patuh kepada orangtuanya. Hal ini berdasarkan pernyataan istri Mappinawang, Lenawati dalam buku.

Mappinawang dan Lenawati masih-masing punya pacar, lalu dijodohkan oleh kedua orangtuanya.

Namun, tak  menolak perjodohan itu, padahal waktu itu sudah bukan era Siti Nurbaya.

 “Pak Mappi tampil, patuh dengan orangtua. Tidak gampang itu,” sebutnya.

Kedua, kata Prof Karta Jayadi, semua bunga rampai di buku ini meneropong satu titik, dari sepanjang cakrawala memberikan informasi, Mappinawang bisa adaptif kepada siapa pun dari berbagai kalangan.

“Pak Mappi bisa diterima dari berbagai kalangan,” ucapnya.

Selain itu, Prof Karta Jayadi mengungkapkan, Mappinawang memiliki karakter kuat orang Bugis-Makassar, Sulapa Appa, yaitu macca (pintar), malempu (jujur), warani (berani) dan magetteng (konsisten).

“Macca, malempu, warani dan magetteng ada semua di sosok Mappinawang,” ungkapnya.

Saran

Dalam kesempatan itu, Guru Besar Seni UNM ini memberikan masukan terhadap buku Mengenang Jejak Mappinawang Santri Pejuang HAM dan Demokrasi,

Menurut dia, penyunting terlalu keras sehingga gaya bahasa di buku ini hampir sama. Sedikit hilang kemurnian sebuah bentuk komunikasi orang per orang dengan Mappinawang.

“Andai saja ditulis berdasarkan kemampuan berbahasanya, katakanlah lisan disampaikan menjadi bahasa tulis. Itu lebih murni sehingga Pak Mappi muncul yang dikenali semua orang,” tutur Prof Karta Jayadi. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved