Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Rukman AR Said

Ramadhan Day: Mengukur Sepatu Orang dengan Kaki Kita

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali tergoda untuk menilai atau menghakimi orang lain berdasarkan standar atau perspektif kita sendiri.

Editor: AS Kambie
zoom-inlihat foto Ramadhan Day: Mengukur Sepatu Orang dengan Kaki Kita
dok.tribun
Foto Rukman AR Said yang dikirim ke redaksi Tribun-Timur.com 2 Maret 2025. Rukman AR Said adalah alumnus Universitas Al Azhar Mesir yang kini dosen UIN Palopo

Oleh: Rukman AR Said
Dosen IAIN Palopo

TRIBUN-TIMUR.COM - Sebuah pepatah Bugis mengatakan “Olakku kuassukeki, olakmu muassukeki.” (Saya mengukur dengan takaranku, dan kamu juga mengukur dengan takaranmu). 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali tergoda untuk menilai atau menghakimi orang lain berdasarkan standar atau perspektif kita sendiri. Kita mungkin berpikir bahwa apa yang berlaku untuk kita, harus berlaku juga untuk orang lain. Padahal, setiap individu memiliki latar belakang, pengalaman, dan tantangan yang berbeda. 

Senada dengan pepatah Bugis di atas, ungkapan “Jangan mengukur sepatu orang lain dengan kaki kita”, ini mengisyaratkan akan pentingnya kebijaksanaan dalam memahami dan menyikapi perbedaan. 

Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menunjukkan sifat tenggang rasa, empati dan menghargai perbedaan. 

Allah Swt berfirman “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS. al-Hujurat: 13)

Ayat ini mengingatkan bahwa perbedaan di antara manusia adalah bagian dari rencana Allah agar kita saling mengenal dan belajar satu sama lain. Dengan menghargai perbedaan tersebut, kita dapat membangun hubungan yang lebih harmonis dan saling menghormati.

Rasulullah saw juga menekankan pentingnya tidak menghakimi orang lain. Dalam hadis, beliau bersabda:

“Janganlah engkau mencela saudaramu, karena bisa jadi engkau berada dalam posisinya suatu saat nanti.” (HR. al-Bukhari)

Hadis ini mengajarkan untuk tidak cepat-cepat menghakimi atau mencela orang lain. Kita tidak pernah tahu apa yang seseorang alami atau bagaimana situasi mereka yang sebenarnya. Sebaliknya, kita diajarkan untuk berusaha memahami dan menunjukkan empati.

Bagaimana bisa mengaplikasikan pepatah Bugis dan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari? Berikut beberapa langkah praktis:

1.Mendengar dengan empati: Ketika seseorang berbagi cerita atau masalah, dengarkan dengan penuh perhatian dan empati. Hindari memberikan komentar yang menghakimi atau meremehkan pengalamannya.

2.Belajar dari Perbedaan: Sadari bahwa setiap orang memiliki perspektif dan pengalaman yang unik. Cobalah untuk belajar dari perbedaan tersebut dan melihatnya sebagai peluang untuk tumbuh dan memperluas pemahaman dan wawasan.

3.Bersikap Rendah Hati: Ingatlah bahwa kita tidak selalu memiliki semua jawaban atau memahami sepenuhnya situasi orang lain. Bersikap rendah hati dan terbuka terhadap pandangan lain akan membantu kita menjadi lebih bijaksana.

Mari terus berusaha menjadi individu yang lebih bijaksana dan memiliki empati, sehingga kita dapat hidup dalam harmoni dengan sesama dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan bermartabat.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Telusur

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved