Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Muammar Bakry

Ramadan dengan Cinta 8: Cintah Tanah Air

Artinya tanah air adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan seseorang.

|
Editor: Sudirman
DOK TRIBUN TIMUR
Imam Besar Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf dan Rektor Universitas Islam Makassar, Prof Dr Muammar Bakry Lc MA. Dalam Ramadhan 2025 atau Ramadhan1446 H, Muammar Bakry menulis kolom Ramadhan dengan Cinta seriap hari yang diterbitkan di Tribin Timur cetak. 

Oleh: Muammar Bakry

Imam Besar Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf

TRIBUN-TIMUR.COM - Suku dan bangsa adalah hal utama dalam kehidupan manusia. Suku dan bangsa adalah bagian dari tanah air yang tidak bisa dipisahkan. 

Artinya tanah air adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan seseorang.

Secara alami kodrat manusia ditentukan memiliki tanah air di mana ia dilahirkan.

Membenci tanah airnya berarti juga membenci sunnatullah yang Allah tetapkan di muka bumi.

Allah swt jadikan kita berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dengan identitas yang masing masing melekat padanya.

Jika manusia masih normal secara alami, tidak ada yang merasa menyesal terlahir dari satu suku tertentu.

Justru manusia selalu merasa bangga dengan suku dan bangsa di mana ia lahir. 

Karena itu hal yang sangat wajar dan manusiawi jika ada orang selalu kangen ingin pulang kampungnya merasakan dan membayangkan masa kecilnya dahulu, jika berada di perantauan.

Orang yang ada di luar negeri selalu rindu dengan Indonesia, orang yang ada di luar kampungnya seperti Soppeng, Malang, Ponorogo, Jeneponto dan lain-lain selalu kangen mudik jika ia berada di daerah rantauan.

Mengapa Nabi Muhammad saw menangis tersedu-sedu ketika beliau akan meninggalkan Makkah menuju ke Yastrib (Madinah)? Beliau berkata “Demi Allah, engkau (Makkah) adalah bumi yang dicintai Allah.

Andai saja aku tidak dikeluarkan oleh orang-orang pendudukmu, niscaya aku tidak akan meninggalkanmu”.

Salah satu dari sekian jawabannya, karena Nabi Muhammad saw sangat mencintai tempat yang menjadi tanah kelahirannya.

Kesan mendalam sampai beliau menangis, meneteskan air mata, dan bahkan bersumpah atas nama Allah, memberi isyarat akan kecintaan yang mendalam terhadap Makkah.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved