Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Etika Kehidupan dari Masyarakat To Bentong

Tulisan ini sebenarnya tidak ingin menyoroti tambang dan juga Donald Trump, kendati dua-duanya tidak jauh dari isu lingkungan.

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Muhammad Suryadi R Sekertaris Umum GP Ansor Barru. 

Karena itu, leluhur mereka melakukan ritual pengobatan. Selain mengobati, leluhur mereka dapat memprediksi kapan waktu datangnya Sagala.

Biasanya tanda-tandanya terdapat pada anak-anak kecil dan pada orang dewasa yang belum mengikuti ritual Massagala.

Seperti ritual-ritual lainnya, ritual Massagala memerlukan syarat-syarat tertentu berikut pantangan-pantangannya.

Tapi, yang paling utama adalah melakukan puasa. Selama Massagala dilakukan, banyak aktivitas yang dibatasi.

Orang yang mengikuti ritual dilarang mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan yang disembelih (Mappadara), makanan bergetah, ikan dari hasil pancingan, dilarang menebang pohon bahkan suami istri yang mengikuti ritual ini dilarang melakukan hubungan intim.

Ritual masyarakat To Bentong sejatinya menyiratkan falsafah kehidupan. Pembatasan atau puasa yang diperagakan masyarakat To Bentong sebenarnya cara memperlakukan semua makhluk dengan baik.

Larangan Mappadara hewan atau binatang selama Massagala adalah membatasi sekaligus memotong nafsu kebinatangan dalam diri manusia. Bahwa nafsu kebinatangan jika tidak dibatasi akan membuat manusia serakah dan tamak.

Kedua, pembatasan lainnya seperti larangan menebang pohon dan memakan ikan dari hasil pancingan adalah cara masyarakat To Bentong memperlakukan makhluk hidup lainnya dengan baik dan benar.

Hewan dan pohon adalah makhluk hidup sama seperti manusia yang saling membutuhkan sehingga harus dipergunakan untuk kebutuhan dengan penuh kesadaran. Massagala yang diwariskan leluhur tak lain adalah cara mendidik masyarakat To Bentong.

Cerita dari masyarakat To Bentong menjadi pelajaran untuk kita sekalian. Betapa penting tradisi dari warisan leluhur dipelajari kembali.

Tradisi leluhur adalah oase untuk mengobati masyarakat modern yang kering etika dan spiritualitas.

Masyarakat kita harus didekatkan kembali kepada tradisi dan kearifan lokal, mengingat modernitas telah menjauhkan masyarakat dari akarnya yaitu kebudayaan.

Modernitas memang menawarkan kemajuan tapi modernitas sekaligus membawa bias, yakni imoralitas. Pertanyaan mengapa masyarakat semakin maju, tetapi perilaku dan etika kebablasan? Jawabnnya adalah kembali pada kebudayaan.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved