Opini
Etika Kehidupan dari Masyarakat To Bentong
Tulisan ini sebenarnya tidak ingin menyoroti tambang dan juga Donald Trump, kendati dua-duanya tidak jauh dari isu lingkungan.
Mitos pertama mengisahkan tentang keberadaan To Balo. Menurut cerita masyarakat sekitar, awal mula To Balo berasal dari pelanggaran yang dilakukan prajurit kerajaan setelah peperangan.
Para prajurit terbukti melanggar perjanjian (sumpah) kepada raja. Prajurit yang telah dibekali ilmu kesaktian atau ilmu kekebalan sebelum turun ke medan perang melanggar aturan bahwa setelah mendapatkan kekebalan, pantang menaiki atau kembali ke rumah masing-masing sebelum menyembelih beberapa ekor ayam putih.
Karena kelalaian, seluruh prajurit tadi sudah mendapati dirinya berkulit belang.
Mitos kedua mengenai sumpah. Jadi, pasutri (pasangan suami istri) yang sudah lama merajut mahligai rumah tangga rela bersumpah demi dikarunai momongan.
Suatu ketika di pelesiran sawah, sepasang suami istri melihat penampakan kuda yang di sekujur tubuhnya penuh belang.
Akibat frustasi, pasutri tadi tanpa ragu mengucapkan sumpah kepada Dewata (Tuhan), tak masalah jika kelak keturunannya berkulit belang seperti kuda belang itu, asalkan memiliki momongan.
Tak lama berselang, sang istri hamil dan pada akhirnya melahirkan seorang bayi berkulit belang.
Mitologi ini terus dipercayai masyarakat sekitar, kendati ilmu medis mampu mengilmiahkan penyebab belang pada kulit seseorang. Tapi itulah mitos.
Masyarakat yang sudah modern bagaimanapun tidak akan dengan mudah melupakan cerita-cerita yang telah berurat berakar dalam kehidupan masyarakat lokal.
Falsafah Kehidupan
Sama halnya komunitas masyarakat kultural lainnya, masyarakat To Bentong hari ini masih memegang teguh tradisi leluhur mereka.
Tradisi yang sejak dulu diperagakan adalah ritual (media) pengobatan. Orang-orang sekitar menyebutnya Massagala.
Jika artikan, Massagala ini berarti melakukan pengobatan terhadap penyakit Sagala. Penyakit ini sejenis penyakit kulit seperti Puru, Sarampa’ Buntucika’, kira-kira kurang lebih seperti penyakit cacar.
Yang menarik adalah ritual Massagala ini hanya dilakukan sekali dalam tiga tahun.
Masyarakat To Bentong mempercayai penyakit ini datang sekali dalam tiga tahun. Ritual ini dilakukan selama seminggu hingga satu bulan. Sagala ini pernah menjadi wabah besar yang melanda kehidupan masyarakat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.