Opini
Revitalisasi Jongaya dan Makam Diponegoro
Satu proposal tentang revitalisasi Kota Lama Jongaya, dan proposal revitalisasi Makam Pangeran Diponegoro.
Sebab, kita tahu banyak proyek sejarah yang pernah terjadi namun kita melihat pula begitu banyak hal-hal teknis secara visual yang tak didukung oleh kompetensi pemikiran membuat proyek itu menjadi artifisial.
Satu hal lainnya, semoga kedua proposal yang akan menjadi pegangan itu selalu diiringi oleh kontrol dan pemikiran kritis dalam mewujudkan proyek juga di dalam pengelolaannya: suatu tata kelola proyek yang memiliki keterbukaan manajerial.
NASIB GEDUNG SOCIETEIT DE HARMONIE
Ungkapan bahwa masyarakat kita lebih mudah merusak dibandingkan memelihara mendapatkan bukti yang paling konkrit.
Suatu gedung kesenian yang pernah menjadi icon pada zaman kolonial dan menjadi icon bagi kaum seniman sejak tahun 1960 hingga tahun 1990-an dalam seni pertunjukan dan melalui ruang kesenian yang dijadikan ruang publik kebudayaan itu memunculkan sajian karya yang menambah kekayaan khazanah pemikiran.
Suatu pemikiran dalam konteks perspektif seni pertunjukan sangat membutuhkan ruang(an).
Tentu saja konsep ruang(an) bisa beragam. Tapi salah satu fenomena dunia moderen yang menuntut adanya locus bagi dunia seni pertunjukan, maka suatu gedung kesenian menjadi ukurankehadiran karya seni pertunjukan, demikian juga dengan seni rupa.
Di Jakarta, sezaman dengan gedung kesenian di Makassar bisa terus hadir secara fisikal dengan pemeliharaan yang baik, dan didukung oleh pengelolaan yang jempol, melahirkan sajian karya-kaarya seni pertunjukan yang bersifat nasional dan internasional.
Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) menjadi icon bagi kota Jakarta, walaupun Taman Ismail Marzuki (TIM) yang menyusul pada zaman berikutnya, GKJ tetap mencitrakan suatu makna kehadiran gedung kesenian sebagai warisan sejarah dan budaya.
Itulah makanya Pemda Jakarta selalu menjaga bukan hanya secara fisikal, tapi juga seluruh kandungan teknisnya tetap dipertahankan.
Kehadiran GKJ menjadi bukan hanya sosok fisikal, tapi juga kehadiran suatu sejaraha yang berubah namun perubahannya memiliki makna yang lebih signifikan: bahwa bangsa Indonesia melalui warga-masyarakat Jakarta via pengelola Dinas Kebudayaan Jakarta menghadirkan secara kontinyu makna sejarah itu.
Makna sejarah itu kian memiliki kandungan nilai dengan isian program yang sangat aktual dengan kehidupan zaman: kehadiran berbagai jenis kesenian modern dan tradisi mengisi ruang GKJ.
Berbeda dengan Pemda Jakarta yang sangat sadar memiliki rasa hormat kepada sejarah dan mengisi warisan sejarah itudengan program yang mencitrakan kota memiliki marwah dan martabat dalam proses menjadikan kota sebagai ruang peradaban, Makassar tampaknya jauh dari kecerdasan memahami peninggalan sejarah.
Jadi ungkapan bahwa masyarakat kita lebih mudah merusak daripada memelihara, sesungguhnya menunjuk kepada kasus Gedung Kesenian Societeit de Harmonie, yang pernah berjaya selama beberapa dekade dengan isian acara serta lingkungan tata ruang yang ideal bagi kesenian, kini nampak makin kumuh.
Ruang pertunjukan yang tak lagi memadai betapapun berulang kali direnovasi.
Renovasi yang tak berpijak kepada kebutuhan seni pertunjukan dan tak didasarkan kepada perlunya renovasi didukung oleh suatu kompetensi. Maka yang terjadi, ruang pertunjukan menjadi tak berfungsi.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.