Opini
Al-Jaulani dan Janji Pembebasan Palestina: Narasi Palsu di Akhir Tahun
Rakyat Suriah dicitrakan di media ikut merayakan kegembiraan atas kemenangan HTS tersebut.
Oleh: Ismail Amin, M.A.
Ketua Umum Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Iran 2023-2025
TRIBUN-TIMUR.COM - 8 Desember dunia dikejutkan dengan dikuasainya Damaskus oleh Hay’at Tahrir al-Sham (HTS),
kelompok oposisi bersenjata Suriah yang justru secara praktis baru melancarkan serangan 11 hari sebelumnya dengan mengambil alih Aleppo.
Siapa yang menyangka, jatuhya Damaskus ikut menandai tumbangnya kekuasaan Bashar Assad setelah 24 tahun memerintah.
Rakyat Suriah dicitrakan di media ikut merayakan kegembiraan atas kemenangan HTS tersebut.
Dengan penuh efouria, Muhammad Al-Jaulani pemimpin HTS menyampaikan pesannya kepada rakyat Suriah dan dunia dari Masjid Umayyah di Damaskus, bahwa kemenangannya itu adalah juga kemenangan bagi seluruh negara Islam.
Dari sinilah muncul optimisme sebagian orang, bahwa dengan kepemimpinan Jaulani di Suriahlah yang akan membebaskan Palestina.
Kemenangannya itu bahkan sampai dikait-kaitkan dengan janji-janji Rasulullah yang disampaikan dalam riwayat-riwayat eskatologi.
Saya sendiri menyebutnya, intensi ini tidak lebih dari lelucon tragis di akhir tahun, mengapa?.
Mari kita telaah bagaimana harapan Jaulanilah yang akan membebaskan Palestina adalah sebuah absurditas.
Pertama, al-Jaulani adalah figur yang manipulatif. Dari namanya saja, kita diberi gambaran tentang sosok revolusioner dari tanah Golan yang akan kembali merebutnya dari Israel.
Faktanya, nama aslinya Ahmed al-Sharaa dan nama ini kembali digunakannya begitu ia berkuasa di Suriah.
Ia secara resmi meninggalkan nama Al-Jaulani karena tidak disukai Israel. Ia juga tidak lagi mengenakan surbannya dan pakaian ala ulama.
Sekarang ia berpenampilan klimis, necis, dan berdasi.
Di hari pertama berkuasanya, dia menegaskan tidak akan ada lagi perang di Suriah, termasuk berperang dengan Israel.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.