Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pelecehan di UIN

Belum Kelar Kasus Uang Palsu Dosen AI, Kini IA Oknum Dosen UIN Alauddin Disebut Lecehkan Mahasiswi

Belum selesai kasus pabrik uang palsu oleh Dosen UIN Alauddin Andi Ibrahim, UIN Alauddin kembali diterpa masalah.

Editor: Sakinah Sudin
Kolase Tribun Timur/ Sakinah Sudin
Kolase: arang bukti uang palsu yang diamankan dari UIN Alauddin Makassar, ditampilkan dalam konferensi pers terkait kasus uang palsu UIN Alauddin, di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis 19 Desember 2024 (Tribun Timur/ Muhammad Abdiwan) dan ilustrasi pelecehan seksual (Freepik.com) 

"Tapi bukti lainnya belum bisa seperti CCTV atau saksi, karena fakultas belum punya CCTV," ujarnya.

Kasus ini akan didalami oleh dewan kehormatan UINAM.

"Mungkin nanti Dewan Kerhormatan akan menggali lebih dalam lagi," imbuhnya.

Kasus Pabrik Uang Palsu UIN Alauddin

Beberapa hari terakhir, UIN Alauddin disorot lantaran Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim jadi tersangka kasus uang palsu di UIN Alauddin.

Andi Ibrahim jadi tersangka kasus uang palsu UIN Alauddin atas perannya mengedarkan uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

Andi Ibrahim jugalah yang memasukkan mesin cetak seharga Rp 600 juta ke Perpustakaan Syekh Yusuf Kampus II UIN Alauddin Makassar, Jalan Yasin Limpo, Kabupaten Gowa, Sulsel.

Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar itu mengaku khilaf.

Hal tersebut diungkap Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak dalam Podcast Tribun Timur, di Kantor Tribun Timur, Jl Cendrawasih, Makassar, Jumat (20/12/2024).

"Khilaf. Katanya ingin mendapatkan uang dalam jumlah besar secara instan," kata Reonald Simanjuntak menjelaskan motif Andi Ibrahim.

Selain itu, kata Reonald Simanjuntak, uang tersebut juga disalahgunakan untuk mendukung ambisi politik yakni menjadi calon bupati Barru.

Reonald Simanjuntak menyebut Andi Ibrahim Cs hanya mencetak uang palsu pecahan Rp100 ribu di UIN Alauddin.

Biaya per lembar uang palsu yang dicetak di UIN Alauddin mencapai Rp56 ribu.

Pecahan kecil seperti Rp50 ribu dianggapnya tidak menguntungkan.

"Pecahan lebih kecil dianggap tidak menguntungkan karena modalnya tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved