Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Headline Tribun Timur

Pembuat Uang Palsu di UIN Alauddin Niat Maju Pilkada

Ia mulai mencetak uang palsu jauh setelah Pilpres 2024 dan sebelum Pilkada Serentak 2024 yakni pada bulan September 2024 lalu.

Editor: Sudirman
ist
headline tribun timur 20 desember 2024. uang palsu UIN Alauddin akan dipakai Pilkada. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) menyebut, tersangka pembuat dan pengedar uang palsu yang juga Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Dr Andi Ibrahim, pernah hendak maju di Pilkada Barru 2024.

Ia mulai mencetak uang palsu jauh setelah Pilpres 2024 dan sebelum Pilkada Serentak 2024 yakni pada bulan September 2024 lalu.

Sementara Pilkada Serentak 2024 digelar pada bulan November 2024.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono saat menggelar konfrensi pers di Markas Polres Gowa, Jl Syamsuddin Tompo, Sungguminasa, Kamis (19/12) mengatakan, Andi Ibrahim ingin maju di Pilkada Barru dengan mengandalkan uang palsu yang ia produksi.

"Jadi tersangka (Andi Ibrahim) mengajukan proposal pendanaan Pilkada di Barru tapi Alhamdulillah tidak jadi," ungkap Yudhiawan.

Baca juga: Pendidikan Mentereng 4 Pelaku Sindikat Uang Palsu UIN Alauddin, Doktor hingga Magister Pendidikan

Yudhi mengutarakan hal tersebut, sambil menunjukkan proposal Andi Ibrahim. Proposal itu, bergambar Andi Ibrahim mengenakan jas tutup dan songkok recca.

Batalnya Andi Ibrahim maju pada Pilkada 2024 itu, kata Yudhi karena tidak ada partai yang meliriknya.

Pilkada Barru diikuti tiga pasangan calon. Masing-masing Andi Ina Kartika-Abustan, drg Ulfa Nurulhuda-Muassir Hasri Gani, serta pasangan Muhammad Aras-Aska Mappe. 

"Jadi dana ini uang yang dicetak akan dipakai untuk itu, tapi tidak jadi tidak ada partai yang mencalonkan," terang Yudhi.

"Walaupun nanti disebarkan dengan uang palsu supaya bisa memilih yang bersangkutan, ternyata karena uang palsu jadi tidak jadi," sambungnya.

Berdasarkan keterangan Kapolda Sulsel, Andi Ibrahim merupakan otak pencetakan dan peredaran uang palsu di kampus UIN Alauddin, Makassar.

Rencana pembuatan uang palsu ini dimulai sejak Juni 2010 lalu. 

"Sampai dengan Juni 2022 kembali lagi untuk merencanakan, kemudian Juli 2022 merencanakan lagi pembuatan dan mempelajari lagi. Jadi kalau dilihat dari sekarang, perencanaan pembuatan ini dimulai dari 2022. Kalau 2010 ini masih tahap pengenalan," paparnya.

Pada Oktober 2022, mesin cetak uang palsu dan pemesan kertas untuk uang palsu dimulai.

Produksi uang palsu baru dimulai pada tahun ini dengan komunikasi dilakukan para tersangka lewat grup WhatsApp (WA).

"Kemudian 2024 kemarin bulan Mei sudah mulai produksi, kemudian sekitar Juni ini sudah ketemu di antara mereka dan juga ada saling bekerja sama di antara mereka juga bagaimana nanti proses pembuatan dan diviralkan melalui grup WA. Jadi ditawar-tawarkan di grup," kata  Yudhiawan.

Hari berganti. Pada September 2024 lalu, atas bantuan pengusaha Annar Salahuddin Sampetoding, Andi Ibrahim dan Syahruna mendatangkan mesin berkapasitas besar dari China sebesar Rp600 juta.

Mereka juga memesan kertas khusus untuk cetak uang dari China. Sedangkan tinta dan peralatan lainnya dibeli melalui aplikasi online.

Yudhiawan mengatakan, mesin tersebut sengaja didatangkan melalui Surabaya ke Makassar, untuk memperbesar jumlah uang palsu yang diproduksi. 

Mesin tersebut dimasukkan ke dalam kampus UIN Alauddin pada malam hari. Kepada petugas, Andi Ibrahim mengatakan, mesin itu akan digunakan untuk mencetak buku di perpustakaan. 

"Sekitar bulan September 2024, ini berkomunikasi dengan AI untuk mengangkut peralatan untuk kemudian mulai membuat uang palsu di TKP 2 (dalam kampus UIN)," tuturnya.

"Minggu kedua November 2024 ini sudah mulai peredaran uang palsu senilai Rp150 juta, nilai nominal di situ. Kemudian ada juga menyerahkan uang palsu Rp 250 juta," papar Yudhiawan.

Dalam kasus ini, peran Andi Ibrahim cukup besar. Produksi uang palsu yang awalnya dibuat di kediaman pengusaha ASS di Jl Sunu 3, Makassar, dipindahkan ke kampus UIN Alauddin atas izin dari Andi Ibrahim.

Koordinasi dengan Rektor

Kapolres Gowa, AKBP Rheonald Simanjuntak dalam keterangannya mengatakan, sebelum kasus ini terungkap, mereka terlebih dahulu berkoordinasi dengan Rektor UIN Alauddin Prof Hamdan Juhannis.

Saat hal ini disampaikan ke rektor, menurut Rheonald, Prof Hamdan tampak kaget. Ia menanyakan tempat pembuatan uang palsu tersebut.

"Beliau kaget. Terus beliau bertanya di mana tempatnya, dan saya sampaikan ini sementara kita cari prof," ucap mantan Kasat Reskrim Polrestabes Makassar ini.

"Prof pun membantu menggali keberadaan tempat itu, dan akhirnya kami temukan. Jadi beliau sangat membantu," sambungnya.

Jika saja Prof Hamdan, kata Reonald tidak membantu, penyidik akan kesulitan menemukan keberadaan ruangan tempat mesin pencetak uang palsu itu di dalam perpustakaan.

"Kampus ini kan luas di dalam, mungkin jika pak Prof tidak bantu, butuh waktu lama. Tapi atas bantuan pak rektor, kita temukan dalam waktu satu malam," jelasnya.

Saat menemukan mesin seharga Rp 600 juta itu, Prof Hamdan juga didampingi wakil rektor satu dan dua serta pejabat UINAM lainnya.

Hal senada diungkapkan Kasat Reskrim Polres Gowa AKP Bachtiar yang turut memimpin penyelidikan kasus tersebut.

Menurutnya, Prof Hamdan sangat aktif dalam memudahkan langkah-langkah penyelidikan polisi.

"Setiap kami koordinasi, beliau cukup aktif membantu. Bahkan beliau bertanya, siapa lagi yang perlu diperiksa atau dimintai keterangan, beliau langsung menawarkan," ucapnya.

Rektor Marah

Pada kesempatan yang sama, Rektor UIN Alauddin, Prof Hamdan Juhannis mengaku sangat malu atas kasus ini. 

"Saya hadir di sini selaku Rektor UIN Alauddin Makassar sebagai bukti nyata dukungan kami terhadap polisi untuk mengungkap kasus ini sampai ke akarnya," jelas Prof Hamdan.

Ia tidak menyangka, kampus pencetak generasi agamais yang dipimpinnya, ditemukan kejahatan uang palsu di dalamnya.

"Selaku pimpinan tertinggi di UIN, saya marah, malu, tertampar," jelas Prof Hamdan.

"Setengah mati kami membangun kampus, reputasi, bersama pimpinan, dengan sekejap dihancurkan," lanjutnya.

Ia pun berkomitmen untuk mendukung penuh kepolisian dalam mengungkap kasus itu sampai ke akar-akarnya.

"Itulah sebabnya, kami mengambil langkah, setelah ini jelas kedua oknum yang terlibat dari kampus kami, langsung kami berhentikan dengan tidak hormat," tuturnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved