Opini Andi Nurlela
Menakar Makna Keberagaman Menuju Kampus Inklusi
Inklusivitas bukan berarti membenarkan setiap hal, melainkan bagaimana cara menciptakan ruang dialog yang sehat di mana semua pihak dapat diskusikan
Tantangan utama bagi kampus adalah bagaimana merangkul keberagaman tanpa mencederai nilai-nilai dasar yang dianut masyarakat.
Pendidikan inklusif, dalam pandangan sosiolog Robert Merton, hanya dapat berjalan efektif jika seluruh unsur dalam sistem tersebut berjalan selaras.
Artinya, kampus yang ideal harus mampu memfasilitasi perbedaan selama perbedaan tersebut tidak mengganggu nilai-nilai kolektif yang ada.
Penting untuk menyadari bahwa setiap kampus memiliki karakter dan budaya lokal yang berbeda.
Universitas sebagai lembaga pendidikan, tidak hanya dituntut untuk menjadi tempat belajar bagi mahasiswa tetapi juga menjadi role model yang menjunjung tinggi etika dan moralitas.
Nilai-nilai ini bukan sekadar pembatas, melainkan landasan agar kampus tetap harmonis dalam keberagaman.
Inklusivitas bukan berarti membenarkan setiap hal, melainkan bagaimana cara menciptakan ruang dialog yang sehat di mana semua pihak dapat mendiskusikan nilai, norma, dan pandangan tanpa mencederai satu sama lain.
Keberagaman yang dipaksakan tanpa mempertimbangkan norma agama dan norma sosial hanya akan berujung pada perpecahan.
Sosiologi Moral dan Nilai Kolektif
Dalam teori Sosiologi Moral yang dirumuskan oleh Durkheim, disebutkan bahwa norma dan nilai kolektif yang terbentuk di masyarakat berfungsi sebagai kontrol sosial.
Tanpa kontrol ini, masyarakat akan mengalami disfungsi, dimana perilaku menyimpang tidak lagi dianggap masalah dan norma lama kehilangan kekuatannya.
Dalam konteks kampus, hal ini berarti bahwa institusi pendidikan seharusnya mempertahankan identitas moral sebagai panduan dalam menentukan batasan inklusivitas.
Beberapa sosiolog lain, seperti Talcott Parsons, menekankan pentingnya sistem nilai dalam menjaga stabilitas suatu institusi.
Sekaitan dengan hal ini, kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan melestarikan nilai-nilai yang telah lama menjadi fondasi masyarakat.
Meskipun menerima keberagaman adalah hal yang penting, mengabaikan norma yang sudah tertanam di masyarakat justru akan membawa dampak yang merugikan.
Sosok dr Gaffar T Karim Plt Direktur RSUD Syekh Yusuf Gowa |
![]() |
---|
Launching Kampus Kopi di Sinjai, Mahasiswa UNM Gandeng Kawasan Madaya |
![]() |
---|
Berselisih dengan Istri Polisi, IRT Asal Gowa Jadi Tersangka di Polrestabes Makassar |
![]() |
---|
Andi Muhammad Rekrut 49 Pengurus, Lampaui Jumlah Partai NasDem Sulsel |
![]() |
---|
Apa Peran Jufri Rahman? KI Panggil Sekprov Sulsel Sengketa Toserba Pengayoman vs Disnakertrans |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.