Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Pemilih Kritis: Perspektif Hadis

Peran pemilih kritis menjadi sangat penting untuk mewujudkan demokrasi yang sehat dan berkualitas.

Editor: Sudirman
Ist
Abd Bashir Fatmal, Mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Program Studi Ilmu Hadis 

Oleh:  Abd Bashir Fatmal

Mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Program Studi Ilmu Hadis

TRIBUN-TIMUR.COM - PEMILIHAN umum merupakan tonggak penting dalam sistem demokrasi, di manarakyat diberi kesempatan untuk memilih pemimpin dan wakil mereka.

Peran pemilih kritis menjadi sangat penting untuk mewujudkan demokrasi yang sehat dan berkualitas.

Sebagai umat Islam, kita dapat memaknai peran pemilih kritis ini melalui perspektif hadis-hadis Nabi Muhammad saw. yang memberikan panduan moral dan etika dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal kepemimpinan dan partisipasi sosial-politik.

Dalam sistem demokrasi, pemilu merupakan salah satu instrumen penting dalam memilih pemimpin yang akan mengemban amanah untuk mengatur dan memajukan masyarakat. 

Pemilihan umum bukan sekadar proses politik, tetapi juga tanggung jawab moral yang besar, baik bagi pemilih maupun calon pemimpin. 

Islam sebagai agama yang sempurna memberikan pedoman mengenai prinsip-prinsip kepemimpinan yang ideal, salah satunya adalah prinsip untuk menyerahkan urusan kepada orang yang ahli dalam bidangnya.

Pemilu menjadi momen penting di mana rakyat memiliki kekuatan untuk menentukan masa depan mereka dengan memilih orang yang benar-benar ahli dan mampu membawa perubahan positif bagi bangsa. 

Pemilu dapat dipandang sebagai bentuk musyawarah skala besar, di mana rakyat berkonsultasi dan memutuskan bersama siapa yang akan memimpin dan mewakili mereka. 

Selain itu, dalam perspektif hadis juga menekankan pentingnya memilih pemimpin yang amanah dan berkualitas. 

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah saw. bersabda,  “Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya.”

Ketika ditanya bagaimana amanah bisa disia-siakan, beliau menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya.” 

Hadis ini menggarisbawahi pentingnya memilih pemimpin yang kompeten dan dapat dipercaya. 

Dalam konteks pemilu, hal ini dapat diartikan sebagai tanggung jawab pemilih untuk memilih kandidat berdasarkan kualifikasi, integritas, dan kemampuan mereka, bukan berdasarkan faktor-faktor superfisial atau kepentingan pribadi semata.

Hadis ini memiliki relevansi kuat dalam konteks pemilu saat ini. 

Ketika pemilih menyerahkan amanah kepemimpinan kepada orang yang tidak ahli, tidak berkompeten, atau tidak memiliki integritas, maka berisiko menghadapi kerusakan dalam tata kelola pemerintahan, kebijakan publik, dan kesejahteraan rakyat. 

Selain itu, juga mengingatkan masyarakat untuk memilih pemimpin dengan hati-hati, berdasarkan kriteria keahlian, amanah, dan kemampuan memimpin, bukan semata-mata berdasarkan popularitas atau janji-janji kosong.

Menjadi pemilih kritis, dalam perspektif hadis, bukan hanya tentang menggunakan hak pilih, tetapi juga tentang bagaimana memilih dengan bijaksana, bertanggung jawab, dan tidak hanya berdasarkan program politik mereka, tetapi juga integritas, kompetensi, dan komitmen mereka terhadap kemaslahatan rakyat. 

Hadis lain yang relevan dengan pemilu adalah yang berkaitan dengan keadilan dan kejujuran dalam kepemimpinan. 

Rasulullah saw. bersabda, “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” 

Hadis ini menekankan bahwa pemimpin harus mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi. 

Dalam konteks pemilu, ini dapat diartikan sebagai pentingnya memilih kandidat yang memiliki visi dan komitmen untuk melayani masyarakat, bukan mereka yang hanya mencari kekuasaan atau keuntungan pribadi.

Pemimpin bukanlah sekadar posisi otoritas atau kekuasaan, tetapi lebih merupakan amanah yang mengharuskan pemimpin untuk melayani rakyatnya. 

Seorang pemimpin yang baik harus memahami bahwa tugas utamanya adalah untuk mengabdi kepada umat dan melayani kepentingan mereka, bukan sebaliknya.

Dalam pelaksanaan pemilu, integritas dan kejujuran juga menjadi hal yang sangat penting.

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim menyebutkan, “Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga, dan Jauhilah kebohongan, karena kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan ke neraka.”

Prinsip kejujuran ini sangat relevan dalam konteks pemilu, baik dalam proses kampanye, pemungutan suara, maupun penghitungan hasil. 

Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun hadis-hadis tersebut memberikan prinsip-prinsip yang relevan dengan pemilu, penerapannya dalam konteks kekinian memerlukan interpretasi dan adaptasi yang bijaksana. 

Sistem pemilu dengan segala tantangannya, tentu tidak ada pada zaman Rasulullah saw. 

Oleh karena itu, umat Islam dituntut untuk mengambil esensi dan nilai-nilai yang terkandung hadis-hadis tersebut dan menerapkannya dalam konteks kehidupan saat ini.

Dengan memahami dan menerapkan ajaran-ajaran yang terkandung dalam hadis-hadis Nabi Muhammad saw. diharapkan pemilih dapat menjalankan peran mereka sebagai warga negara yang kritis, bertanggung jawab, dan berkontribusi positif terhadap pembangunan sistem politik yang adil dan berintegritas.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Nikah Massal

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved