Tribun UMKM
Abon Kuda Jeneponto Tembus Pasar Global, Omzet Capai Rp 17 juta Perbulan
Masyarakat lokal maupun luar daerah pada umumnya hanya mengenal empat jenis kuliner tersebut.
Penulis: Muh. Agung Putra Pratama | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, JENEPONTO - Berbicara kuliner khas Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel) seakan tak pernah lepas dari daging kuda.
Contohnya saja gantala jarang, coto kuda, konro kuda hingga pallubasa.
Masyarakat lokal maupun luar daerah pada umumnya hanya mengenal empat jenis kuliner tersebut.
Namun salah satu pelaku UMKM lokal, Jumiati menghadirkan abon berbahan daging kuda pilihan.
Nama usahanya, Jeka Abon.
Kuliner ini masih kurang familiar.
Namun soal rasa, abon kuda cukup gurih dan sangat cocok disantap dengan nasi hangat.
Ditemui di kediamannya, jalan poros Kayuloe Timur, Kecamatan Turatea, Jeneponto, Jumiati merintis abon kuda sejak 2017 karena praktis dan bisa dijadikan oleh-oleh.
"Kan ada yang namanya coto kuda dan gantala jarang, nah itu yang tidak bisa dikirim keluar negeri dan pasti akan basi, beda dengan abon kuda yang sangat tahan lama sampai enam bulan," kata Jumiati, Selasa (1/10/2024).
Bahan pelengkap abon kuda cukup mudah di jumpai.
Seperti bawang merah, bawang putih, sere, jahe, lengkuas, gula pasir, kunyit, ketumbar dan garam.
Takaran bumbu tersebut harus sesuai dengan jumlah bobot daging kuda yang ingin diproses.
"Kalau daging kuda sekilo berarti gula pasir 150 gram, garam empat sendok makan, ketumbar dua saset sedang, kunyit satu sendok makan dan beberapa buah irisan bawang merah dan putih," ujarnya.
Proses pembuatan abon kuda membutuhkan waktu yang cukup lama.
Namun terlebih dahulu harus menyediakan daging berkulitas tinggi yang diperoleh dari Tempat Pemotongan Hewan (TPH) milik Pemkab Jeneponto.
Pada proses selanjutnya, daging kuda di rebus sampai matang.
Setelah matang kemudian didiamkan beberapa saat dan diulek hingga hancur.
Sembari mengulek daging, bumbu yang telah siapkan di blender dengan menambahkan sedikit air dan ditumis.
"Kalau untuk satu kilo daging prosesnya paling lama dua sampai empat jam ya, karena mulai dari perebusan daging hingga di spinner," ungkapnya
Proses tumis bumbu berlangsung 30 menit.
Daging kuda yang telah dihaluskan di tuang ke dalam wajan dan ditumis dengan bumbu secara bersamaan.
Proses terus berlanjut hingga warna daging berubah menjadi coklat dan siap ditiriskan.
Pada tahap berikutnya, tuangkan dua liter minyak goreng ke dalam wajan.
Adonan bumbu dan daging kuda siap untuk digoreng.
"Setelah di goreng tahapan terakhir di spinner (pengurasan minyak) kemudian pengemasan," jelasnya.
Dalam sebulan, Jumiati memproduksi 45 kilogram daging kuda untuk dijadikan abon.
Setiap kilonya dapat menghasilkan 6 produk abon kemasan 100 gram.
Jika dihitung-hitung, omzet yang dihasilkan Jumiati mencapai Rp 17.550.000 per bulan.
"Untuk produk abon kuda sendiri kami wajib produksi 15 kilo per bulan tapi tergantung pesanan, bisa saja kita produksi dua sampai tiga kali per bulan," bebernya.
"Abon kuda ada dua kemasan, kemasan 100 gram harganya Rp 65 ribu dan untuk kemasan 50 gram hanya Rp 35 ribu," sambungnya.
Usaha yang dirintis Jumiati masuk dalam binaan Dinas Koperasi dan UMKM Jeneponto.
Meski telah berjalan tujuh tahun, namun produk yang diberi nama Jeka Abon tersebut belum berlebel halal.
Hal tersebut terjadi lantaram TPH milik pemkab Jeneponto belum mendapat sertifikat dari Kementerian Agama melalui Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
Walaupun begitu, produk Jeka Abon trlah berhasil menembus pasar domestik.
"Alhamdulillah sudah pernah, yang pertama itu ke Jerman, kemudian Mesir, Lebanon, Arab Saudi," sebutnya.
Bagi pecinta kuliner yang ingin mencicipi makanan khas Jeneponto ini dapat mendatangi langsung outlet UKM Panrita di Kayuloe Timur, atau memesan melalui Whatsapp, 082393075244.
Selain Jeka Abon, Jumiati juga memproduksi minyak kuda yang kaya akan manfaat seperti mengobati luka sayatan pisau hingga mengilangkan rasa nyeri.
Minyak Kuda berbahan utama lemak kuda yang di rebus dengan api yang sangat kecil.
Harga Minyak Kuda dibanderol Rp 65 ribu per botol.
Seluruh produk Jumiati dibuat bersama satu orang karyawannya yang juga merupakan tantenya.
Laporan Jurnalis Tribun-Timur.com, Muh Agung Putra Pratama
Berdaur Ubah Sampah Plastik Jadi Cuan |
![]() |
---|
Perjuangan 3 Dekade Radiah Kenalkan Jagung Marning Khas Bulukumba Hingga Tembus Pasar Nasional |
![]() |
---|
Brand Lokal Makassar Tembus 10 Besar Mitra Juara Gojek Nasional |
![]() |
---|
30 Perempuan Pelaku Usaha Dapat Bekal Bisnis dari Telkom |
![]() |
---|
UKM Makassar Dapat Pembekalan Legalitas Usaha di Indibiz Insight |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.