Pilkada 2024
Sikap Golkar Sulsel Terkait Politik Dinasti, Imran Eka: Sah Selama Tak Langgar Aturan
Politik dinasti selalu menjadi topik perbincangan hangat dalam pesta demokrasi di Indonesia termasuk Sulsel.
Penulis: Erlan Saputra | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Politik dinasti selalu menjadi topik perbincangan hangat dalam pesta demokrasi di Indonesia.
Sebagai contoh, pada Pilpres 2024 lalu, di mana putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Tidak hanya di level nasional, politik dinasti juga marak di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di berbagai daerah, termasuk Pilgub Sulsel hingga Pilkada kabupaten/kota.
Menanggapi isu tersebut, Wakil Sekretaris Bid. Kerja Sama Ormas, Hubungan Kerjasama Legislatif Eksekutif Golkar Sulsel, Imran Eka Putra, menyebutkan bahwa politik dinasti merupakan bagian dari sejarah panjang politik di Indonesia.
"Politik dinasti adalah warisan kekuasaan tradisional yang telah ada sejak lama. Sejak era autokrasi, ikatan genealogis sudah digunakan sebagai dasar regenerasi politik guna melanggengkan kekuasaan," ujar Imran Eka Saputra saat ditemui di Titik Ngopi Cafe, Jl Jl. Adiyaksa, Kota Makassar, Rabu (11/9/2024) sore.
Golkar Memandang Politik Dinasti Sebagai Hal yang Wajar
Menurut Imran, politik dinasti masih berlanjut dalam era demokrasi, dan selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ia menganggapnya sebagai hal yang wajar.
"Setiap orang memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama di mata hukum. Selama aturan tidak melarang, maka itu sah-sah saja," tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa Golkar melihat politik dinasti bukan berdasarkan persepsi negatif yang berkembang di masyarakat, tetapi dari sisi kepatuhan terhadap hukum.
"Golkar tidak melihatnya dari wacana, tapi dari peraturan perundang-undangan yang ada. Jika tidak ada yang dilanggar, maka itu sah," kata Koordinator Tim Advokasi Hukum Pileg, Pilpres dan Pilkada 2024 ini.
Politik Dinasti dan Demokrasi: Ujian di Tangan Rakyat
Baca juga: Desa Bersatu Ogah Berpihak Ke Danny-Azhar Atau Sudirman-Fatma di Pilgub Sulsel
Ketika ditanya mengenai pengaruh politik dinasti terhadap demokrasi dan persaingan politik yang sehat, Imran menyatakan bahwa pada akhirnya masyarakatlah yang akan menguji.
"Dalam demokrasi, prinsipnya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kalau publik tidak menyukai politik dinasti, kemungkinan kalahnya besar. Tapi kalau publik merespons positif, maka mereka akan terpilih," ucapnya.
Ia juga menekankan bahwa Pilkada adalah pemilihan langsung, di mana rakyatlah yang memutuskan, berbeda dengan sistem kerajaan di masa lalu yang bersifat penunjukan langsung.
Golkar Tidak Memiliki Kebijakan Khusus Mencegah Politik Dinasti
Pasangan Mari-Yo Unggul Sementara di PSU Pilgub Papua 2025 Berdasarkan Exit Poll |
![]() |
---|
Cetak Sejarah Suara Terkecil, Putri Dakka-Haidir Basir Anjlok di PSU Palopo Sentuh 0,3 Persen |
![]() |
---|
Bawaslu Palopo Imbau Penertiban APK Jelang Masa Tenang PSU Pilkada |
![]() |
---|
Sosok Santi Parida Dewi, Dibayar Rp64 Juta Supaya Memilih di Pilkada Barito Utara |
![]() |
---|
Ayah-Anak Gagal Pilkada 2024, Nadalsyah Kalah Pilgub Kalteng, MK Gugurkan Akhmad Gunadi karena Uang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.