Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Airlangga Hartarto

Ikrar Nusa Bhakti: Cawe-cawe Politik Penguasa

Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti mengaku terkejut dengan kabar Airlangga Hartarto mundur sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

Editor: Muh Hasim Arfah
Dok Tribun
Ikrar Nusa Bhakti saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Senin (12/8) malam. 

TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA - Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti mengaku terkejut dengan kabar Airlangga Hartarto mundur sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

Sebab, menurut dia, tidak ada peristiwa politik yang genting di internal Golkar sebelumnya.

Apalagi, Ikrar mengaku juga sebelumnya telah menanyakan kepada jajaran Partai Golkar soal wacana Munaslub Golkar yang bakal digelar pada Agustus atau September, mendatang.

Hal itu disampaikan Ikrar Nusa Bhakti saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Senin (12/8) malam.

"Saya terus terang sangat terkejut. Kenapa demikian? Itu kalau istilahnya itu out of the blue. Nggak ada angin, nggak ada hujan, nggak ada badai. Tiba-tiba dia mengundurkan diri," kata Ikrar.

"Karena malamnya itu sudah-sudah ada santer mengenai isu itu. Dan ternyata benar, pagi-pagi itu pengumuman itu muncul," sambung dia.

Ikrar pun menduga bahwa pengunduran diri Airlangga ada intervensi politik ataupun cawe-cawe politik dari kekuatan di atasnya.

Apalagi, lanjut dia, berita mundurnya Airlangga setelah bertemu sama Jokowi pada hari Sabtu selama kurang lebih satu jam lebih.

Dia juga mendapati informasi bahwa mundurnya Airlangga ada kaitannya dengan kasus yanh tengah ditangani oleh Kejaksaan Agung. 

Namun, dia menyayangkan bahwa kasus itu tidak bergulir sejak awal sebelum ada gonjang-ganjing Partai berlambang pohon beringin tersebut.

"Dan kalau memang itu terkait dengan persoalan korupsi Airlangga, lalu pertanyaan saya, mengapa itu dibiarkan Airlangga itu kasusnya nggak berlanjut selama proses pemilu presiden dan pemilu legislatif itu berjalan?" tanya Ikrar.

Dia pun menduga, bahwa Airlangga telah dipakai oleh Presiden Jokowi untuk Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif 2024, lalu. Termasuk, memberikan 'karpet merah' untuk putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka untuk mendapat tiket maju sebagai calon wakil presiden saat itu.

Ikrar juga menyoroti soal Rapat Pleno DPP Partai Golkar dalam penentuan Pelaksana Tugas Ketua Umum pengganti Airlangga 

Dia menyebut, jika teryata Agus Gumiwang Kartasasmita ditunjuk sebagai Plt Partai Golkar dan menyusun Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) pada Agustus ini, maka hal tersebut merupakan kesalahan besar yang dilakukan oleh partai Golkar. 

"Kalau kemudian nanti ternyata Bahlil Lahadalia itu kemudian benar terpilih menjadi Ketua Partai Golkar, itu lagi-lagi kesalahan besar bagi partai Golkar," kata Ikrar.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved