Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

BPS

Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal II 2024 Melambat ‘Ancaman Resesi AS Jadi Kekhawatiran Pasar’

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 sebesar 5,05 persen year on year (yoy).

Editor: Muh Hasim Arfah
Dok Tribun
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 sebesar 5,05 persen year on year (yoy). Pengumuman resmi itu disampaikan Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin (5/8/2024). 

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 4,43 persen didorong peningkatan realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) serta peningkatan belanja modal pemerintah.

“Pengeluaran daripada Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) lalu juga konsumsi pemerintah positif, PMTB ekspor barang dan jasa dan impor barang dan jasa,” jelasnya.

Di sisi lain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kontraksi sangat dalam 3,40 persen ke level 7.059 pada perdagangan hari ini.

Menko Airlangga Airlangga mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan terhadap kondisi pelemahan IHSG.

Dia bilang pergerakan bursa selalu fluktuatif dari hari ke hari.

"IHSG nanti kita lihat saja sebab itu dailynya fluktuasi, kita tidak perlu khawatir," kata Airlangga.

Ketua Umum Golkar itu mengatakan pemerintah masih dalam sikap mencermati kondisi sekaligus berharap tingkat suku bunga acuan akan bisa turun pada Kuartal IV-2024.

"Kita terus monitor terkait US tentu kita berharap tingkat suku bunga US di kuartal IV bisa turun walau belum ada yang bisa jamin," paparnya.

Pemerintah juga mewaspadai akan terjadi ancaman resesi yang akan terjadi di AS sehingga berdampak serius kepada bursa.

Namun boleh jadi membuat nilai tukar rupiah cenderung akan menguat karena The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga acuan.

 

Kekhawatiran Pasar

Direkturi Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan serangkaian pembacaan ekonomi AS direspons penuh kekecewaan oleh pasar.

Terutama pada aktivitas manufaktur dan pasar tenaga kerja yang mendorong kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar di dunia itu melambat lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Prospek ekonomi yang lebih lemah juga membuat para pedagang memperkirakan potensi pemotongan suku bunga yang lebih dalam oleh Federal Reserve,” ucap Ibrahim.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved