Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Menciptakan Rumah yang Nyaman untuk Anak

Sayangnya, banyak anak yang sering berada di luar rumah karena tidak nyaman dengan suasana rumahnya.

|
Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Menciptakan Rumah yang Nyaman untuk Anak
Ist
Aurrellya Ramadhani Batara Randa, Mahasiswa Politeknik STIA LAN Makassar

Aurrellya Ramadhani Batara Randa

Mahasiswa Politeknik STIA LAN Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM - Hampir semua orang punya rumah, tetapi tidak semua orang memiliki rumah yang nyaman untuk dijadikan tempat pulang.

Bagi saya, rumah bukan hanya sebuah bangunan, melainkan tempat di mana kita bisa merasa nyaman, melepas lelah, dan diterima sepenuhnya.

Sayangnya, banyak anak yang sering berada di luar rumah karena tidak nyaman dengan suasana rumahnya.

Data dari National Runaway Safeline pada tahun 2022 menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada sekitar 1,6 juta hingga 2,8 juta anak yang kabur dari rumah.

Mereka kabur bukan karena tidak suka dengan bangunannya, melainkan karena tidak nyaman dengan orang-orang di dalamnya.

Akibatnya, mereka rentan terhadap bahaya yang bisa diperoleh dari luar rumah, seperti pergaulan bebas, narkoba, dan alkohol.

Anak yang memiliki suasana rumah yang hangat cenderung nyaman untuk menghabiskan waktu di rumah dan terbuka kepada orang tua.

Sebaliknya, anak yang suasana rumahnya dingin akan memilih untuk terus berada di luar dan menjadi pribadi yang tertutup.

Ironisnya, orang tua yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak, seringkali justru menjadi alasan mengapa anak tidak betah
di rumah.

Bagaimana orang tua memperlakukan anak sangat mempengaruhi sikap dan kondisi anak.

Terdapat beberapa alasan mengapa anak merasa tidak nyaman di rumah.

Pertama, anak sering kali mengalami overdosis nasihat.

Saat mereka memberanikan diri duduk bersama orang tua, sering kali yang terjadi adalah orang tua mulai mengoreksi sikap dan perilaku anak, yang berujung pada nasihat yang berlebihan.

Seandainya orang tua lebih sering menanyakan perasaan anak atau bagaimana harinya, anak akan merasa nyaman dan lebih terbuka.

Namun, nasihat yang berlebihan membuat anak muak dan memilih untuk keluar rumah agar tidak mendengar nasihat yang sama terus menerus.

Selain itu, membanding-bandingkan anak dengan tujuan memotivasi juga menjadi masalah.

Banyak orang tua di Indonesia melakukan ini, tetapi hal ini malah bisa menghancurkan harga diri anak.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pinquart dan Gerke (2019), membanding-bandingkan anak dapat membahayakan anak seumur hidup.

Anak yang sering dibandingkan akan merasa tidak dianggap sebagai anak sendiri dan kehilangan rasa percaya diri.

Keributan di rumah juga menjadi alasan anak merasa tidak nyaman. Rumah yang penuh keributan tidak akan nyaman bagi anak.

Anak yang dinasehati atau dimarahi akan memilih diam untuk menghindari keributan.

Ketika mereka mencoba mengeluarkan pendapat, orang tua sering kali menganggapnya sebagai bentuk perlawanan, yang justru menciptakan keributan di rumah.

Terakhir, kesepian dan kurang kasih sayang juga menjadi faktor utama.

Anak yang merasa kesepian dan kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua akan mencari perhatian di luar rumah. Mereka membutuhkan kasih sayang dan perhatian, bukan hanya materi.

Banyak anak yang lebih dekat dengan orang tua temannya karena merasa lebih nyaman bercerita dan mendapatkan kasih
sayang yang mereka butuhkan.

Untuk menciptakan suasana rumah yang nyaman bagi anak, orang tua dapat melakukan beberapa hal.

Pertama, memberikan kesempatan kepada anak untuk berpendapat.

Dalam keluarga, diperlukan masukan dari semua anggota agar berjalan lancar. Beri ruang bagi anak untuk mengeluarkan isi hati dan pendapat mereka.

Kedua, memberikan apresiasi kepada anak dan tidak terus menerus memberikan tekanan dengan membandingkannya dengan orang lain.

Mengatakan “anak ibu keren sekali” atau “bapak bangga sama kamu” bisa membuat anak merasa dihargai.

Terakhir, meluangkan waktu untuk anak. Orang tua perlu meluangkan waktu untuk anak, tidak hanya fokus pada pekerjaan.

Anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang tidak bisa digantikan dengan apapun, apalagi materi.

Kesimpulannya, penyebab anak tidak betah di rumah sering kali adalah orang tua sendiri.

Cara orang tua mendidik dan memperlakukan anak sangat berpengaruh.

Belum terlambat bagi orang tua untuk mengembalikan suasana rumah yang nyaman dan membuat anak betah di rumah.

Anak juga harus mencoba terbuka kepada orang tua dengan mengeluarkan pendapat dan isi hati mereka.

Dengan perubahan kecil dalam cara orang tua berinteraksi dengan anak, suasana rumah bisa menjadi jauh lebih nyaman dan menyenangkan.

Anak yang merasa diterima dan dihargai akan lebih mungkin untuk berkembang dengan baik dan mencapai potensinya.

Pada akhirnya, rumah yang nyaman adalah kunci untuk menciptakan generasi yang sehat, bahagia, dan produktif.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved