Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

SYL Ditengah Amnesia Kolektif Pemuja Karyanya di Masa Lalu

Amnesia kolektif ini biasanya muncul oleh karena adanya aktivitas manipulasi emosi publik, yang acapkali dilakukan secara sistemik dan sistematis. 

Editor: Saldy Irawan
tribun-timur
Anshar Aminullah 

Masyarakat Sulsel seolah tak lagi mampu sampai pada kenangan ditingkat makna. Dimana mereka semestinya dapat langsung menjangkau dan merasakan hasil pembangunan tersebut. Seolah sedang terjadi amnesia kolektif terhadap karya monumental  SYL.

Seseorang yang telah menghadirkan begitu banyak ragam pembangunan fisik maupun non fisik, guna menata kehidupan rakyat Sulsel menjadi lebih rapih, serta mampu mengenyam hidup dan kehidupan yang lebih bermakna.

Bendungan Bili-Bili, Bandara kelas Internasional di lokasi Baru, Fly Over, Masjid 99 Kubah dan yang lebih fenomenal Central Point Of Indonesia (CPI), semuanya terhapus oleh manipulasi emosi publik di dua term, dugaan gratifikasi dan pemerasan. 

Kita mungkin masih ingat dengan kisah Sennacherib, raja Asyur di wilayah Mesophotamia era kuno (705 hingga 681 SM).

Meskipun  memiliki namanya yang  tak setenar Ramses ataupun Nebukadnezar, Sennacherib banyak meninggalkan warisan yang cukup signifikan, khususnya dalam hal pembangunan infrastruktur.

Sennacherib adalah contoh pemimpin kuno yang prestasi konstruktif dan administrasinya sering dilupakan, meskipun memiliki dampak besar pada peradaban dan infrastruktur di masanya. Warisannya dalam hal pembangunan dan pengembangan kota adalah bukti dari kepemimpinan visionernya.

Sennacherib membangun sistem irigasi dengan konsep yang tergolong  rumit dengan teknologinya yang mahsyur yakni pembangunan Aqueduct Jerwan, yang membawa air dari sungai Khosr ke kota yang kini dikenal dengan nama Irak. 

Selain memperluas dan memperindah Niniwe secara besar-besaran dengan pembangunan tembok kota yang luas, yang diperkirakan mencapai panjang sekitar 12 kilometer dengan beberapa gerbang besar, Sennacherib juga fokus pada pengembangan infrastruktur yang meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, termasuk membangun jalan dan jembatan.

Pernah didera sebuah Kegagalan besar, yang berimbas pada massifnya kebencian dari rakyat dan generasi penerusnya.

Pada akhirnya Sennacherib di citrakan negatif sekaligus mengaburkan prestasi konstruktifnya dimasa lalu.

Imbas yang sama juga dirasakan SYL. Hingga hari ini, hampir di semua media besar level nasional bahkan internasional, topik pemberitaan yang berefek bangunan citra negatif SYL masih menjadi berita yang mampu menyedot banyak perhatian publik di Indonesia.

Kebencian dan terkaburkannya prestasi masa lalunya pun seolah tak mau ketinggalan untuk mengambil tempat di hati rakyat Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan tepat disaat SYL masih dalam suasana penuh duka kehilangan saudara ipar yang sangat dia kasihi, Susilo MT Harahap. 

Menunggu Respon Alam

Satu-satunya tempat yang tepat bagi SYL untuk menetralisir secara psikis persoalan ini hanyalah pada Tuhan semesta alam. Ikhwal masa lalu dan cerita tentangnya di masa depan, perihal jasa dan nasibnya murni berada di tangan-Nya.

Pilihan sikap bijak yang mungkin bisa diambil oleh SYL setelah dia berpasrah, sabar dan ikhlas pada ilahi, adalah menyatukan pikiran, hati dan jiwanya pada alam yang telah dia perlakukan dengan bijak untuk kemaslahatan umat dimasa kepemimpinannya. Bendungan bili-bili yang hingga hari ini masih dinikmati manfaatnya oleh jutaan warga Sulsel.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved