Hari Jadi Wajo
Digagas Dachlan Maulana, Inilah Sejarah Singkat Penetapan Hari Jadi Wajo
Bupati Wajo VIII Dachlan Maulana merupakan orang pertama yang menggagas Penetapan Hari Jadi Wajo.
Penulis: M. Jabal Qubais | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUNWAJO.COM, SENGKANG - Ketua DPRD Wajo Andi Muhammad Alauddin Palaguna bacakan sejarah singkat Hari Jadi Wajo pada puncak peringatan Hari Jadi Wajo (HJW) ke-625 di Lapangan Merdeka Sengkang, Senin (22/4/2024).
Penetapan Hari Jadi Wajo dimaksudkan untuk membangun kecintaan dan kebanggaan terhadap Wajo.
Terlebih sebagai orang yang hidup dan berpijak di atas tanah Wajo atau yang terikat secara emosional harus memahami proses penetapan HJW.
Bupati Wajo VIII Dachlan Maulana merupakan orang pertama yang menggagas Penetapan Hari Jadi Wajo.
Untuk mewujudkan gagasan itu, maka ditempuhlah beberapa tahapan yakni sosialisasi dan dukungan ide mengenai penetapan Hari Jadi Wajo dikomunikasikan secara informal dengan berbagai lapisan masyarakat.
Tahapan Pengkajian Akademik yakni telaah kepustakaan yang dilanjutkan dengan pelaksanaan seminar untuk menemukan Hari Jadi Wajo.
Kemudian, tahapan Legalitas Formal, yaitu Penetapan Hasil Seminar yang selanjutnya diajukan kepada DPRD Kabupaten wajo, untuk ditetapkan menjadi peraturan daerah.
Baca juga: 3 Tokoh di Wajo Dapat Pin Emas, Disematkan Pj Gubernur pada Puncak Peringatan HJW ke-625
Gagasan tentang Penetapan Hari Jadi Wajo tersebut dikomunikasikan dengan berbagai pihak untuk menjelaskan maksud dan tujuan penetapan Hari Jadi Wajo sekaligus meminta tanggapan masyarakat.
"Ternyata gagasan tersebut mendapatkan respons yang positif dan hampir seluruh elemen masyarakat memberikan dukungan," jelasnya.
Pada tanggal 23 Januari 1995 diadakanlah seminar di Ruang Batara Kantor Bupati Wajo yang dihadiri kurang lebih 300 orang peserta.
Terdiri atas budayawan, cendekiawan, pengusaha, tokoh agama, dan generasi muda.
Dalam seminar tersebut, ada dua hal yang menjadi pembahasan, pertama adalah tahun kelahiran Wajo dan tanggal Hari Jadi Wajo.
Pun diajukan beberapa peristiwa yang dapat dijadikan sebagai dasar penentuan tahun kelahiran Wajo, yakni masa Puang'e Rilampulungeng, masa Puang'e Ritimpengen, masa Kerajaan Cinnongtabi, masa Negeri Boli, masa Batara Wajo, masa ke Arung Matoa-an dan Masa Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Dari ke tujuh peristiwa tersebut, pelantikan La Tenribali sebagai Batara Wajo pertama disepakati sebagai tahun lahirnya Wajo. Meskipun tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan tahun terjadinya pelantikan itu, namun dengan penghitungan mundur dari Masa pemerintahan La Sangkuru Patau Mulajaji Sultan Abdul Rahman, Arung Matowa Wajo XII pada tahun 1607-1610, ditemukan angka 1399," paparnya.
Kedua, menentukan tanggal Hari Jadi Wajo, untuk itu dikemukakan beberapa pilihan petistiwa, yakni pertama ketika armada Lamaddukkelleng dapat mengalahkan armada Belanda di perairan Pulau Barrang Lompo dan Kodingareng, yaitu pada 18 Maret.
Kedua peristiwa La Maddukkelleng dapat memukul mundur pasukan gabungan Belanda dan sekutu- sekutunya dari Lagosi, yaitu pada 29 Maret.
Ketiga peristiwa Lasangkuru Patau Mulajaji bergelar Sultan Abdul Rahman Arung Matoa Wajo XII, Menerima Agama Islam sebagai Agama Kerajaan, yaitu pada 16 Mei.
Keempat peristiwa Andi Ninnong Ranreng Tuwa Wajo, menyatakan bahwa rakyat Wajo berdiri di belakang Negara Kesatuan Indonesia di hadapan Dr Sam Ratulangi dan Lanto Dg Pasewang di Sengkang pada tahun 1945, yaitu pada awal September 1945.
Baca juga: Sutra Sengkang Resmi Terdaftar HKI, Andi Bataralifu: Ini Tanggung Jawab Bersama, Lestarikan
"Dari beberapa pilihan tersebut, disepakati tanggal 29 Maret sebagai tanggal Hari Jadi Wajo, karena kegigihan dan semangat juang La Maddukkelleng beserta rakyat Wajo yang berhasil mengusir Penjajah Belanda dari Tanah Wajo. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1741," sebutnya.
Atas dasar itulah akhirnya disepakati Hari Jadi Wajo pada 29 Maret 1399.
Kemudian, hasil seminar tersebut menjadi materi pokok dalam Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan kepada DPRD, untuk dibahas dan ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat Il Wajo Nomor 12 Tahun 1995, Tanggal 17 Juli 1995 tentang Peringatan Hari Jadi Wajo.
Makna Hari Jadi Wajo
Penetapan masa Batara Wajo sebagai tahun Kelahiran Wajo disebabkan karena pada saat itulah nama Wajo muncul untuk pertama kalinya.
Yaitu ketika rakyat Boli mengucapkan kata-kata yang berbunyi 'Ma'bajo-Wajo Macekke'mi Riawana Wajo' yang artinya: Kami (rakyat) bernaung dan berteduh di bawah kesejukan bayangbayang pohon Bajo.
Dari situ, La Tenribali bersama tiga orang Pa'danreng sepakat untuk mengganti nama Boli menjadi Wajo dan pusat kerajaan kemudian dinamakan Wajo-wajo atau Watampajo. Sejak itulah, Wajo tumbuh menjadi salah satu kerajaan yang besar di Semenanjung Sulawesi Selatan.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Wajo Terendah! Penduduk Miskin Ekstrem 8,45 Ribu, Politisi Golkar Singgung Amran
Kebesaran dan kejayaan Kerajaan Wajo pada masanya bisa dicapai karena adanya kepatuhan dan ketaatan Raja dan rakyatnya terhadap Pangadereng, yaitu Ade yang disepakati oleh pemimpin dan rakyat. Hal itu dengan tegas tercantum dalam Lambang Kabupaten Wajo yang berbunyi:
"Maradeka To Wajoe na Jajian Alena Maradeka, Tanae ml Ata, na Iyya to Makketanae Maradeka Maneng, Ade' Assama Turusenna mi Napopuang".
Artinya, orang-orang Wajo adalah orang merdeka, merdeka sejak dilahirkan, hanya negeri mereka yang abadi, sedangkan seluruh pemilik negeri (yaitu rakyat) merdeka. Hanya hukum adat yang disetujui bersamalah yang dipertuankan.
Olehnya itu, mewakili jajaran DPRD Wajo ia berharap agar Kabupaten Wajo dapat tumbuh berkembang dan menjadi daerah yang terus mengedepankan adat-istiadat.
"Selamat Hari Jadi Wajo ke-625. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan, bimbingan dan petunjuk-Nya kepada kita semua agar kesehatan menyertai kita dalam membangun Tana Wajo yang kita cintai," tandasnya.(*)
Hadiri HJW 626, Andi Muawiyah Ramly: Saya Orang Wajo |
![]() |
---|
3 Tokoh di Wajo Dapat Pin Emas, Disematkan Pj Gubernur pada Puncak Peringatan HJW ke-625 |
![]() |
---|
Sutra Sengkang Resmi Terdaftar HKI, Andi Bataralifu: Ini Tanggung Jawab Bersama, Lestarikan |
![]() |
---|
Tarian Kolosal dari 350 Pelajar di Wajo Siap Ramaikan Puncak Hari Jadi Wajo ke-625 |
![]() |
---|
Perayaan Hari Jadi Wajo ke-624 Ditunda Setelah Idulfitri, Bupati Amran Mahmud Ungkap Alasan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.