Opini
Bangun dari Tidur
Seiring ketatnya persaingan dan laptop mereka mulai terkalahkan Apple, Dell atau Lenovo, mereka pun harus tersingkir dan mayoritas sahamnya diborong
Oleh : Muh. Zulkifli Mochtar
Siapa pernah mengira raksasa perusahaan elektronik Jepang Toshiba harus bangkrut dan hengkang dari bursa saham awal tahun ini.
Perusahaan teknologi Jepang yang punya sejarah panjang.
Sangat dikenal oleh produk laptop, juga komponen elektronik, teknologi informasi dan semi konduktornya.
Ya, saya ingat pertama kali menyentuh laptop puluhan tahun lalu bermerk Toshiba.
Seiring ketatnya persaingan dan laptop mereka mulai terkalahkan Apple, Dell atau Lenovo, mereka pun harus tersingkir dan mayoritas sahamnya diborong oleh Japan Industrial Partners (JIP).
Kemunduran elektronik Jepang bukan Toshiba saja.
Semenjak tahun 1991, pertumbuhan GDP Jepang mengalami perlambatan cuma tumbuh 1-2 persen, bahkan sempat minus.
Hegemoni beragam produk elektronik Jepang yang sebelumnya mayoritas merajai dunia, dominasinya mulai terbagi dengan kekuatan merek China, Amerika, Korea juga Taiwan.
Apalagi dalam beberapa tahun belakangan menurut Statistical Handbook Japan 2021, industri manufaktur Jepang terus menghadapi berbagai situasi sulit: krisis mata uang Asia era 1990-an, kebangkrutan perusahaan sekuritas besar Amerika Lehman Brothers, krisis utang Eropa, bencana gempa dan berbagai keadaan tidak terduga.
Jepang pernah menjadi pemimpin terdepan inovasi dan teknologi. Jepang perintis dan pengekspor banyak teknologi vital bagian integral kehidupan sehari hari masyarakat dunia.
List teknologi sangat banyak misalnya QR Code yang menjadi bagian dari digital payment, karaoke, calculator, CD players, Blu-ray disc, blue LED light, solar panel, washlet, automatic ticket gates, rice cookers, high speed train shinkansen.
Akibat keterlambatan mengantisipasi digitalisasi dan perubahan cepat response pasar, inovasi teknologi dan produk mereka tersaingi - bahkan tersalip oleh negara negara lain terutama China dan Korea.
Perlambatan ekonomi juga terjadi, dikenal sebagai ‘The Lost Decades’. Bursa Nikkei Stock yang mencapai 38 ribu tahun 1989, anjlok hingga titik 8 ribu tahun 2002.
Beberapa tahun belakangan situasi mulai berubah.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.