Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

BUMN

Nasib Pegawai BUMN Setelah Erick Thohir Usul Pangkas Perusahaan Plat Merah Jadi 30, Komentar Ekonom?

Pada bulan Juni 2020, Kementerian BUMN telah berhasil mengurangi jumlah entitasnya dari 142 perusahaan menjadi 107 perusahaan.

Editor: Alfian
ist
Ilustrasi - Pegawai BUMN. 

“Dengan adanya aksi korporasi di atas, jumlah BUMN per Oktober 2023 berkurang dari 74 BUMN per Desember 2022 menjadi 65 BUMN,” tulis Laporan BUMN

Terbaru, Kementerian BUMN menggabungkan 13 perusahaan di bawah holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menjadi dua subholding, yakni PalmCo dan SupportingCo.

PalmCo dibentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai entitas bertahan atau surviving entity dan pemisahan tidak murni PTPN III (Persero) ke dalam PTPN IV.

Sementara itu, pembentukan SupportingCo ditempuh melalui penggabungan perusahaan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I. 

Melalui penggabungan ini, PalmCo diharapkan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yaitu mencapai lebih dari 600.000 hektare pada 2026.

Pada saat bersamaan, subholding ini ditargetkan menjadi pemain utama industri sawit dunia.

Adapun SupportingCo akan menjadi perusahaan pengelola aset perkebunan unggul, yang mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, serta diversifikasi usaha lainnya.

Komentar Ekonom Senior

Ekonom senior sekaligus Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai perampingan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi tersisa 30 adalah langkah yang patut didukung.

Menurutnya, bukan hanya efisiensi tetapi juga mengoptimalkan sinergitas.

“Dengan adanya holdingisasi maka sinerginya jadi terlihat anak-anak usaha BUMN tidak lagi bersaing tetapi mereka bersatu. Ini bagus sekali,” ucap Piter kepada Tribun, Senin (11/3/2024).

Piter melihat upaya meranpimpingkan struktur BUMN jauh lebih baik dan lebih terarah sesuai core bisnisnya.

Dia mencontohkan integrasi dua perusahaan pelat merah pengelola bandara PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) menjadi PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports sebagai bukti konkret.

InJourney juga membentuk PT Integrasi Aviasi Solusi (InJourney Aviation Services/ IAS) yang menggabungkan 9 anak usaha.

“Ini kemudian fungsi kontrol pengawasan menjadi sangat mudah, lebih optimal sebab selama ini saya melihat kasusnya IAS anaknya angkasa pura APK bersaing dengan anaknya AP I dan Garuda namanya Gapura,” ucap Piter.

Padahal, mereka sama-sama BUMN, core bisnisnya juga sama kargo, tempat berbisnis juga bersama di bandara.

“Jelas tidak efisien sekali sehingga perampingan ini pasti berdampak positif bahkan lebih profitable,” ungkapnya.(*)

 

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved