Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Moderasi Beragama sebagai Pengerat Bhineka Tunggal Ika

Pada intinya moderasi beragama ialah suatu paham yang tidak berlebihan dalam beragama tidak ekstrim kiri juga tidak esktrim kanan.

Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Moderasi Beragama sebagai Pengerat Bhineka Tunggal Ika
Ist
Fatika Nurul R, Mahasiswa UIN Alauddin Makassar

Oleh: Fatika Nurul R

Mahasiswa UIN Alauddin Makassar

SEBAGAI warga negara Indonesia, tentunya paham dengan berbagai macam Agama dan budaya di Indonesia oleh karena itu Bhineka Tunggal Ika hadir dalam semboyan negara kita.

Seiring berjalannya waktu dari sekian banyaknya konflik antar agama muncullah ide ide atau inovasi dalam memperbaiki tatanan masyarakat Indonesia yaitu moderasi beragama.

Sebelum melangkah lebih jauh adakalanya memahami apa itu moderasi beragama, moderasi artinya keseimbangan, tidak melebih-lebihkan, tidak kekurangan, tidak kelebihan, dan tidak berat sebelah.

Pada intinya moderasi beragama ialah suatu paham yang tidak berlebihan dalam beragama tidak ekstrim kiri juga tidak esktrim kanan.

Moderasi beragama ini hadir dalam kesepakatan dari kementrian Agama RI sebagai bentuk atas banyaknya masalah yang menimpa bangsa Indonesia dengan mengatasnamakan Agama.

Indonesia sebagai bangsa multikutural menghasilkan banyaknya pendapat, ide, gagasan, budaya, dll.

Sehingga begitu mudahnya terjadi konflik serta perbedaan pendapat yang menyebabkan timbulnya tembok pembatas yang tinggi diantara masyarakat yang berbeda iman, dikarenakan minimnya ketertarikan dengan perbedaan tersebut.

Prasangka buruk adalah hal utama yang sering menimbulkan benih justifikasi antar budaya satu sama lain yang mempupuskan kita terhadap paham yang berbeda.

Kita bisa melihat dengan adanya pembelajaran moderasi beragama ini dibarengi dengan memperkuat bhineka tunggal ika akan melahirkan keharmonisan antar iman yang berbeda.

Contohnya di Sulawesi Selatan terdapat banyak sekali ritus dan upacara keagamaan akan tetapi mereka yang berbeda justru ikut memeriahkannya seperti natal dan idul fitri mereka saling mengunjungi satu sama lain dikarenakan pendidikan multikultural sudah diperkuat sejak dini.

Menurut Mahyudin, Dosen Sosiologi IAIN Parepare, pendidikan toleransi demikian kuat di Tana Toraja.

Pendidikan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan agama telah dimulai sejak dini.

Keluarga, sekolah, dan pemimpin adat memiliki peran dalam membimbing generasi muda untuk menghormati agama dan budaya yang berbeda.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved