Opini
Tahun Pemilu dan Ego Pribadi
Dalam konteks pemilu, pergeseran persepsi terhadap warna dan penampilan telah menjadi fenomena yang semakin signifikan.
Media massa dan platform digital akan menjadi saluran penting untuk berbagi informasi dan pendapat terkait pemilihan.
Selain itu, kehadiran calon-calon di berbagai acara atau forum publik merupakan tanda penting.
Partisipasi mereka dalam debat politik, pertemuan warga, atau kunjungan ke berbagai wilayah untuk mendengarkan aspirasi masyarakat dapat menjadi indikator kuat bahwa proses pemilu sedang berlangsung.
Lontaran kata-kata atau tulisan yang keluar dari mulut banyak orang.
Lebih-lebih yang keluar dari tokoh tertentu, dihubung hubungkan dengan dukung mendukung, bahkan yang kita saksikan sekarang banyaknya terpasang spanduk para calon-calon pemimpin yang berbeda-beda disetiap tempat.
Kritikan orang pada sosok tertentu (sekalipun benar) pasti dicurigai beragenda politis.
Banyak dari kalangan masyarakat yang lebih mementingkan ego pribadi dengan merusak spanduk-spanduk yang bukan menjadi bagian dari dukungan mereka, sehingga menimbulkan banyak konflik dan permusuhan.
Di tahun pemilu ini eskalasi konflik akan meningkat seiring banyaknya spanduk yang terpasang secara ilegal atau tanpa izin yang kemungkinan besar merusak pemandangan diberbagai tempat.
Terlepas dari pada hal itu, konflik yang kemudian hadir adalah bertengkar urusan sembako, yang ikut mewarnai pertengkaran antarpendukung calon atau partai.
Pertengkaran anak dan orangtua bukan mustahil akan sering terjadi.
Hati-hati! Tahun Pemilu bagaikan api yang menyala-nyala.
Perdebatan akan terus berlanjut di tahun pemilu ini, sampainya pemerintah sudah menetapkan siapa-siapa yang akan duduk sebagai pemimpin.
Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa permusuhan dan ego pribadi akan makin menjadi-jadi diakibatkan karna ada yang menang dan ada yang kalah.
Begitu juga konflik yang akan hadir dalam lingkup keluarga terkhusus bagi orang-orang yang berbeda pilihan dan pandangan.
Anda akan menyaksikan itu dan realita dalam
