Opini
Catatan Pinggir Menyambut Semesta DDI: Mereplikasi Spirit Anre Gurutta Ambo Dalle
Kalau Islam di Jawa identik dengan Nahdhatul Ulama (NU), maka Islam di Sulawesi adalah Islam khas DDI.
Madrasah-madrasah yang lahir pada waktu itu tidak hanya menjadi pusat pembelajaran tetapi juga pusat dakwah.
DDI sekarang ini berkembang pesat dengan memiliki ratusan pesantren dan puluhan perguruan tinggi di berbagai provinsi.
Visi besar dari Anre Gurutta Ambo Dalle pada waktu itu telah menjad legacy berharga bagi generasi DDI di kemudian hari.
Oleh karena itu, pada momentum milad DDI 85 ini, ada dua spirit perjuangan yang mesti direplikasi oleh generasi DDI sekarang ini, spirit dakwah dan intelektual.
Pertama, santri pesantren DDI atau alumninya sejatinya menjadikan dirinya sebagai bagian integral dari dakwah. Setiap santri DDI ataupun alumni adalah da’i atau muballigh.
Kalaupun ia tidak mampu berdakwah secara lisan, ia harus berdakwah dengan hal (contoh atau keadaan). Santri DDI harus menjadi cermin atau role model bagi masyarakat di ruang-ruang publik.
Ia harus menyebarkan pesan-pesan profetik kepada masyarakat baik di panggung-panggung resmi ataupun semi-resmi.
Komitmen dan konsistensi inilah yang dipraktekkan oleh Anre Gurutta Ambo Dalle dalam melakukan dakwah. Ia berdakwah lintas etnis, ras dan keyakinan, masuk dan keluar kampung untuk menyampaikan kebenaran.
Dakwahnya tanpa pamrih, tidak menunggu reward atau pujian. Ia berdakwah tanpa transaksi, tidak memilih tempat, siapapun yang memanggilnya, ia memenuhinya.
Dalam konteks dunia digital, Anre Gurutta Ambo Dalle tidak membutuhkan followers apalagi subscribers, semua yang dilakukannya didasari dengan pengabdian dan ibadah kepada Allah SWT.
Penulis sendiri merasa beruntung karena seringkali mencium tangan Anre Gurutta Ambo Dalle setiap kali mampir di Masjid Pesantren DDI Mangkoso pada penghujung tahun 80-an.
Saya menyaksikan betapa Anre Gurutta yang meskipun dengan kondisi fisik yang tidak lagi kuat untuk menopang tubuhnya, tetapi tetap juga melakukan dakwah di berbagai tempat.
Komitmen dakwah inilah yang sejatinya direplikasi oleh anak-anak milenial DDI sekarang ini. Spirit dakwah yang tidak mengenal batas umur dan geografis.
Dengan kata lain DDI sebagai pusat dakwah dan orientasi yang lurus tidak hanya melekat sebagai organisasi tetapi membumi dalam diri setiap santri DDI dan alumni DDI.
Kedua, anak-anak dan alumni DDI sekarang harus mereplikasi spirit jihad intelektual Anre Gurutta Ambo Dalle.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.