Lima Hal Penting Harus Dilakukan Setelah Menang Pemilu

Oleh Erwin Aksa
Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran
Koalisi Indonesia Maju

TRIBUN-TIMUR.COM -- Jika biasanya para pakar menulis strategi bagaimana memenangkan Pemilu, kali ini saya ingin menulis apa yang harus dilakukan setelah memenangkan Pemilu.

Belajar dari pengalaman para pemimpin dunia, setidaknya ada lima hal yang penting untuk dilakukan saat Anda memenangkan Pemilu dan menduduki jabatan publik.

Pertama, para Pemimpin yang cerdik, akan menyampaikan bahwa kondisi di masa-masa awal mereka memerintah sedang tidak baik-baik saja.

Saya ingat bagaimana Barack Obama saat mencalonkan diri untuk kedua kalinya, menyalahkan pendahulunya George W. Bush, atas ketidakpuasan ekonomi yang dirasakan masyarakat.

Komunikasi politik seperti ini bermaksud agar masyarakat bisa memahami bahwa pemimpin yang menjabat saat ini harus membereskan banyak pekerjaan rumah yang ditinggalkan pendahulunya, sebelum bisa merealisasikan janji-janji kampanye.

Namun umumnya setelah anda menjabat beberapa waktu, Anda lah yang bertanggung jawab atas status quo yang terjadi.

Kedua, bertindak cepat. Masyarakat ingin anda bisa merealisasikan janji-janji kampanye anda.

Pilih beberapa yang bisa cepat dilaksanakan (quick win) dengan hasil yang diharapkan masyarakat.

Selalu komunikasikan pencapaian-pencapaian yang sudah diraih dan janji-janji kampanye yang sudah direalisasikan.

Sebarkan kabar baik sedikit demi sedikit dalam jangka waktu lama.

Dan pastikan kabar baik tersebut terdengar dan sampai ke masyarakat.

Saya ingat saat Presiden SBY akan mencalonkan lagi untuk kedua kalinya, beliau mengumumkan penurunan harga BBM sebanyak tiga kali dan digaungkan melalui komunikasi marketing politik yang sampai ke masyarakat.

Sebuah strategi yang cerdas, karena masyarakat akan mengingat Presiden SBY sebagai Presiden yang peduli pada rakyat, karena sampai tiga kali menurunkan harga BBM dalam periode yang tidak begitu lama.

Konsultan politik dari Amerika Serikat, Alan Weiss dalam sebuah bukunya menulis bahwa komunikasi politik mirip dengan musik. Jika anda tidak meniup terompet anda sendiri, maka tidak akan ada musik.