Opini
Pada Akhirnya Situs itu Dilenyapkan
SEKELOMPOK anak muda, menamakan diri mereka Aliansi Peduli Budaya, melayangkan protes di media sosial.
Eko Rusdianto
Jurnalis Peraih Penghargaan Oktovianus Pogau
SEKELOMPOK anak muda, menamakan diri mereka Aliansi Peduli Budaya, melayangkan protes di media sosial.
Mereka menyebarkan percakapan mengenai pengerusakan situs kolonial di jalan Sultan Hasanuddin, Maros.
Jalan itu adalah jalur satu arah menuju Bantimurung. Letak bangunannya berada di sisi kiri.
Bangunan yang acapkali dianggap “kumuh” serta tak terurus.
Tapi, bangunan kecil itu adalah tangga perjalanan sejarah kabupaten ini.
Didirikan sekitar tahun 1902-1905 sebagai kantor Controller – pemerintahan Belanda.
Tempat itu adalah bangunan megah pada masanya. Pada sisi atapnya menonjol menyerupai cerobong.
Bagian depannya ada dua uilenzolde atau bangunan yang disebut rumah kecil, yang berfungsi sebagai sirkulasi udara.
Kantor itu berhadapan benteng Valkenburg – sekarang menjadi SMA Negeri 1 Maros.
Di dekat benteng, ada tangsi militer – sekarang kantor Polres Maros.
Lalu tak jauh dari sana, ada penjara tua (Behearder Huis Van Berawing) – yang awal tahun 2023 dirubuhkan dan dijadikan Lapas Anak oleh Kemenkumham.
Lalu beberapa ratus meter di bagian belakangnya, ada gereja.
Sejatinya, kawasan itu adalah kompleks pemerintahan dari masa pemerintahan Belanda hingga kedaulatan Indonesia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.