Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Ramadhan 1444 H Puasa Bersama, Lebaran Berbeda

Bagi sebagian orang, berlebaran secara bersamaan menjadi sebuah tradisi keakraban untuk bertemu sanak saudara dan keluarga.

Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi/fathur muhammad
Alumnus Ilmu Falak UIN Alauddin Makassar dan Magister Ilmu Falak (Astronomi Islam) UIN Walisongo Semarang Fathur Muhammad. 

Oleh:
Fathur Muhammad
Alumnus Ilmu Falak UIN Alauddin Makassar dan Magister Ilmu Falak (Astronomi Islam) UIN Walisongo Semarang

TRIBUN-TIMUR.COM - Berbicara tentang bulan Ramadhan sama halnya berdialektika dengan wacanana penyatuan kalender Islam di Indonesia, karena keduanya memiliki satu ke-satuan yang saling berkesinambungan.

Tujuan mulia dari penyatuan kalender Islam di Indonesia tidak lain untuk menyamakan waktu-waktu ibadah umat muslim, khususnya bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

Tatkala umat Islam mencita-citakan awal dan akhir Ramadhan yang bersamaan tiap tahunnya, maka kita akan mendapati berbagai macam nomenklatur dalam mewujudkan penyatuan tersebut dan pastinya persamaan dan perbedaan akan selalui kita temui dalam dialog antar umat dan ormas pun yang tidak dapat terelakkan dan itu sudah menjadi komsumsi tahunan di negeri kita.

Dalam penyatuan kalender Islam telah diliputi beragam polemik, bermula dari perbedaan mazhab, keyakinan, penafsiran hadits, metode penentuan, hingga hal-hal yang bersifat politis.

Sehingga, ketika terjadi perbedaan pada awal puasa atau hari raya Idul Fitri, maka bagi orang-orang yang memiliki mazhab dan keyakinan yang berbeda, mereka akan turut merasakan suasana demikian, entah di keluarga, kerabat, dan tetangga.

Ada yang ikut dengan ketetapan ormas dan ada pula mengikuti ketetapan dari pemerintah.

Wacana tentang unifikasi kalender Islam di Indonesia sudah berlangsung selama dua dasawarsa atau kurang lebih dua puluh tahun lamanya, dimana kala itu pembahasan mengenai ide dan gagasan kalender Islam atau Hijriah mengalami pergolakan yang signifikan, sehingga menjadi sangat sensitif dikalangan ormas Islam di Indonesia.

Permasalahan ini juga menyita perhatian khusus umat muslim tiap tahunnya semakin membikin masyarakat ingin mengetahui secara pasti perkembangan dan dinamika yang terjadi dalam penentuan dan penetapan awal bulan kamariyah dan hari-hari besar umat muslim.

Maka, yang perlu kita hindari dari problematika ini adalah sikap sentimental dan rasa saling menyinggung antara masyarakat, ormas, dan pemerintah, karena masyarakat juga mesti tahu, bahwa proses penyatuan waktu ibadah sangatlah demikian rumit serta membutuhkan tenaga, pikiran, dan diskusi yang panjang.

Diketahui, saat ini ada empat sistem penanggalan dan kriteria yang digunakan dalam perumusan kelender Islam di Indonesia, yaitu Almanak PB Nahdlatul Ulama (NU), kalender Muhammadiyah, Taqwim Standar Indonesia Kementerian Agama RI, dan Almanak Islam PERSIS dan menjadikan kalender yang terbit pada tahun 2014/1435 sebagai objek kajian.

Awal Besama-Akhir Berbeda

Pada Ramadhan 1444 H tahun ini, kita digembirakan kabar bahwa 1 Ramdahan di Indonesia tidak mengalami perbedaan.

Rasa kehangatan akan kerinduan bersama keluarga kembali dirasakan dalam momentum kali ini, mereka dapat mengawali puasa secara bersamaan di kampung halaman.

Namun, menjadi pokok pertanyaan adalah apakah hari hari raya Idul Fitri tahun ini juga tidak mengalami perbedaan!

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved