Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bocah 11 Tahun Tewas di Makassar

Adrian Sempat Main Latto-latto di Rumah Dewa

Setelah memastikan Dewa tak lagi bernyawa, mayatnya disimpan di WC hingga kemudian diikat dan dimasukkan dalam plastik warna hitam.

Penulis: Imam Wahyudi | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Polrestabes Makassar merilis kasus Motif pembunuhan berencana terhadap bocah 11 tahun MFS alias Dewa yang berlangsung di Kantor Polrestabes Makassar, Jl Ahmad Yani, Makassar, Selasa (10/1/2023) sore. Saat keluarga panik mencari korban yang hilang, pelaku justru santai dan sempat main latto-latto di depan rumah korban. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Senin (9/1/23) siang, sepulang sekolah, Faisal (17), mendatangi rumah Muh Fadli Sadewa di Jl Batua Raya Lorong 7, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar.

Dia datang menawarkan bantuan kepada keluarga Dewa, sapaan Fadli Sadewa.

Pelajar SMA swasta di kawasan Batua ini ingin andil mencari keberadaan bocah kelas 5 SD tersebut.

Yang dilaporkan diculik sehari sebelumnya, Minggu (8/1/23) sekitar pukul 17.00 Wita.

“Om, didapatmi Dewa? Sini brosurnya, saya bantu’ki sebarkan,” kata Faisal kepada ayah Dewa, Karmin.

Di Senin itu, keluarga dan tetangga semakin panik.

Sudah hampir 24 jam, Dewa yang dibawa pergi pria bermotor belum pulang.

Keluarga inisiatif membuat selebaran anak hilang disertai foto Dewa.

Diperbanyak dan disebarkan. Diunggah juga diberbagai platform media sosial.

Faisal pergi, Adrian (17), datang.

Di depan rumah Dewa, dia main latto-latto.

Permainan mengayunkan dua bola kecil terikat tali dan menghasilkan bunyi tok, tok, tok, yang sedang digandrungi anak-anak.

“Tidak ada sekali muka berdosanya waktu datang ke sini (rumah),” ujar nenek Dewa, Aminah, kepada sejumlah wartawan yang mewawancarainya, setelah Adrian dan teman satu sekolahnya, Faisal, ditangkap.

Baca juga: Kabid Perlindungan Anak DP3A Makassar: Pelaku dan Korban Pembunuhan Anak Salah Pola Asuh

Baca juga: Tanggapi Kasus Pembunuhan Anak di Bawah Umur, DP3A Sebut Perlu Proteksi Terhadap Tontonan Anak

Dia (Faisal), sambung Aminah, minta brosur katanya mau bantu sebarkan supaya Dewa cepat ditemukan.

“Dia (Adrian) juga sempat main latto-latto di depan rumah. Pokoknya tidak ada sekali kecurigaan sama itu anak dua,” tambahnya.

Senin sore, Resmob Polsek Panakkukang berhasil mengidentifikasi pria bertubuh tambun yang menjemput Dewa saat sedang mencari rezeki sebagai juru parkir di Indomaret Jl Batua Raya. Dia adalah Adrian.

Identifikasi lewat rekaman CCTV Indomaret sangat cepat karena Adrian dikenal oleh banyak warga setempat.

Tim Resmob langsung mencari dan menemukan Adrian seorang diri di rumah panggung orang tuanya di Jl Batua Raya 9.

Dewa sering seorang diri di rumah. Sebab orangtua dan saudaranya kerap menginap di kios kelontongannya di Jl Batua Raya.

Yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari Indomaret maupun dari rumah Dewa.

Keluarga Dewa pun mengenal Adrian. Sebab saat berangkat dan pulang sekolah, Adrian lewat depan rumah mereka.

Alif, saudara sepupu Dewa yang sedang bersama Dewa saat dijemput, juga kenal Adrian.

Namun entah kenapa, pada Minggu malam, kepada nenek dan ayah Dewa, dia hanya mengatakan Dewa dijemput orang.

Baca juga: Kasus Pembunuhan dan Penculikan Anak di Makassar Jadi Warning, Sekolah Perketat Pengawasan

Baca juga: Karena Kesal, Warga Rusak Rumah Pelaku Pembunuhan Berencana Bocah 11 Tahun

Dia tidak pernah menyebut jika penjemputnya adalah Adrian.

“Dimana itu anak?” kata polisi saat menginterogasi Adrian di rumahnya.

“Saya kasih turun di depan kantor camat (Panakkukang),” kata Adrian.

“Oke, ayo ke kantor camat lihat rekaman CCTV-nya,” ujar polisi yang kesal karena Adrian enggan mengaku.

Rekaman CCTV Kantor Kecamatan Panakkukang, terlihat Adrian membonceng Dewa berhenti di depan kantor berlokasi di samping kanal Batua ini.

Di situ telah menunggu Faisal. Mereka kemudian bonceng tiga kembali ke arah Jl Batua Raya menuju rumah Adrian.

Kantor Kecamatan Panakkukang berjarak 400 meter dari Indomaret lokasi penjemputan Dewa.

Usai melihat rekaman CCTV, polisi meminta Adrian menunjukkan rumah Faisal, di Jl Ujung Bori, Kompleks Kodam Lama Lorong 7, Kecamatan Manggala. Jaraknya sekitar 2,5 kilometer dari kantor camat.

“Mana itu anak yang kau bawa,” kata polisi kepada Faisal.

“Anak yang mana pak,” kilahnya.

“Temanmu itu sana toh,” kata polisi menunjuk Adrian yang disuruh menunggu di jalan depan rumah Faisal dengan tangan terikat.

“Dia (Adrian) itu yang bunuhki, pak,” lepas Faisal.

“Ha! Kau bunuh itu anak? Di mana kau simpan mayatnya?” sergah polisi.

Adrian dan Faisal kemudian dibawa ke lokasi mereka membuang mayat Dewa.

Di bawah jembatan Jl Inspeksi PAM Timur Waduk Nipa-nipa. 4,7 kilometer dari Kantor Kecamatan Panakkukang.

Selasa dinihari, sekitar pukul 03.00 Wita, kasus memilukan ini terungkap.

Dalam interogasi lain, seperti diceritakan seorang wartawan televisi yang mengikuti tim Resmob Polsek Panakkukang dalam pengungkapan kasus ini, Adrian ditanya. Kenapa Dewa yang kau pilih?

“Kebetulan’ji saya lewat dan saya lihatki. Saya tawari dan dia mau ikut. Andai Alif juga mau ikut, dua-duanya saya bawa,” kata Adrian dengan mimik wajah datar tanpa rasa bersalah.

Baca juga: Danny Pomanto Serukan Program Jagai Anakta Sikapi Penculikan dan Pembunuhan Anak di Makassar

Baca juga: Sungguh Bejat, Pria Asal Kolaka Utara ini Culik Anak 15 Tahun Lalu Menghamili, Dibekuk Polres Lutra

“(Postur) Dewa juga tinggi, cocok dengan syarat yang diminta orang yang mau beli (organnya).”

Saat mengajak Dewa dan Alif, Adrian beralasan untuk membantunya membersihkan rumahnya.

Meski ditawari uang Rp 50 ribu, Alif menolak ikut karena memiliki pengalaman buruk.

Dia pernah diculik dan ditukar tabung gas oleh penculiknya di sebuah kios kelontongan di Jl Perintis Kemerdekaan.

Penculikan Alif dan beberapa kasus lain serupa, pernah menghebohkan Makassar.

Penculik mengajak bocah yang dia lihat di jalan, mengiminginya membeli sesuatu dan akan diberi imbalan uang.

Di warung yang menjadi target penculik, si penculik pura-pura mau membeli beras atau tabung gas.

Namun karena lupa membawa uang, dia tetap mengambil beras atau tabung gas dan meninggalkan si anak yang dia akui sebagai anaknya sebagai jaminan.

“Alif juga diajak sama Dewa tapi tidak mau. Alif bilang ‘teaja, pernah’ma nakke dilukka (saya tidak mau, saya sudah pernah diculik),” cerita Adrian kepada polisi.

Dalam rekaman CCTV, Dewa memang memperlihatkan gestur mengajak bahkan terkesan memaksa Alif untuk ikut serta.

Di rumah Adrian, Minggu malam, dari pukul 19.00 hingga pukul 22.00 Wita, Adrian dan Faisal terus berusaha menghubungi calon pembeli organ tubuh manusia yang telah berkomunikasi melalui email dengannya.

Mereka berkomunikasi menggunakan Google translate setelah ‘berkenalan’ di situs jual beli organ sell masuk melalui web pencarian Rusia, Yandex.

Tak mendapat respon, Adrian dan Faisal memutuskan menghabisi nyawa Dewa.

Mungkin karena kesal kepada calon pembeli, bercampur rasa takut akan dilaporkan ke polisi jika Dewa dipulangkan dalam keadaan hidup.

Pengakuan Faisal, sebelum dieksekusi, Dewa diminta main game di laptop milik Adrian.

Saat asik main, Adrian mencekiknya dari belakang dan Faisal membekap mulutnya.

Setelah itu, Adrian membanting Dewa ke belakang hingga kepalanya terbentur lantai.

Setelah memastikan Dewa tak lagi bernyawa, mayatnya disimpan di WC hingga kemudian diikat dan dimasukkan dalam plastik warna hitam.

Senin dinihari, menggunakan motor, Adrian dan Faisal membuang mayat Dewa.

Lokasi pembuangan mayat di Waduk Nipa-nipa ide dari Faisal.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved