Kolom Kilas Tokyo
Memahami Mereka
Struktur demografi usia muda ini makin didominasi ‘digital native’ yakni anak muda yang lahir dan tumbuh bersamaan teknologi digital.
Jika kondisi begini terus, apa yang terjadi dengan demografi anak Jepang 10, 20 atau 30 tahun mendatang? Tapi Jepang ternyata tidak sendiri.
Banyak negara maju Asia dan Eropa juga mengalami problem besar sama. Di tahun 2021, rasio anak Korea Selatan adalah 11,9 persen.
Singapura 12,4 persen dan Italia 12,9 persen. Di Jerman jumlah anak sekitar 13,8 persen di akhir tahun 2020.
Para digital native makin dominan adaptif terhadap teknologi informasi dan gadget.
Survei Lingkungan Penggunaan Internet Remaja dirilis Kantor Kabinet Jepang Maret 2021 lalu memperlihatkan, rata rata 64,0 persen anak usia 0-9 tahun sudah menggunakan Internet melalui berbagai perangkat.
Khusus untuk usia 9 tahun, bahkan sudah mencapai 87,2 persen. Survei yang menargetkan orang tua anak berusia 0-9 tahun dengan 3000 sampel survei ini juga menyimpulkan penggunaan paling umum adalah smartphone sebesar 32,3 persen, lalu perangkat tablet 30,6 persen .
Satu hal terasa, kalangan pendidik sekolah di Jepang tetap berusaha bekerja keras menumbuhkan cinta buku para Generasi Z dengan beragam cara.
Termasuk dengan mewajibkan siswa meminjam buku di perpustakaan sekolah. Guna membiasakan anak bahwa ‘reading book is one of favorite pastimes’.
Juga menstimulasi anak sering berkunjung ke perpustakaan kota, bahkan sebagai satu tujuan wisata mereka saat liburan.
Anak muda kini memang tidak mudah diatur. Berusaha memahami karakter dan meraih simpati mereka adalah perlu. Mereka generasi unik, kreatif, menyenangi hal baru dan multi tasking.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.