Opini Tribun Timur
Konstruksi Makna Moderasi Beragama di Tanah Nusantara
Pemaknaan kata moderasi beragama, kata yang sering sekali didengar hingga kata ini menjadi semacam campaign (kampanye)
ST Magfirah
Mahasiswa Doktoral UINAM
Pemaknaan kata moderasi beragama, kata yang sering sekali didengar hingga kata ini menjadi semacam campaign (kampanye) dalam kehidupan beragama khususnya di Indonesia.
Apabila menelisik lebih jauh sejatinya hakekat dari moderasi beragama dalam Islam telah tercantum secara detail yaitu dalam QS. Al-Kaafirun: 6 Allah Ta’ala berfirman “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”.
Lantas bagaimana sejatinya memakna moderasi beragama yang saat ini menjadi istilah yang banyak dijumpai di Indonesia?.
Sikap moderat dan moderasi adalah suatu sikap dewasa yang baik dan sangat diperlukan.
Radikalisasi dan radikalisme, kekerasan dan kejahatan, termasuk ujaran kebencian atau caci-maki dan hoaks, terutama atas nama agama adalah kekanak-kanakan, jahat, memecah-belah, merusak kehidupan, patologis, tidak baik dan tidak perlu.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Joni Tapingku, M.Th. (Rektor IAKN Toraja).
Akhir-akhir ini, Presiden Republik Indonesia, pada berbagai kesempatan mengajak tokoh-tokoh agama untuk menjadikan agama sebagai sumber nilai-nilai yang merawat kebhinekaan.
Seperti mengajak tokoh-tokoh agama dan umat beragama untuk memberikan wawasan keagamaan yang Iebih dalam dan luas lagi kepada masing-masing umat, karena eksklusivisme.
Radikalisme dan sentimen-sentimen agama cenderung bertumpu pada ajaran-ajaran agama yang terdistorsi.
Tidak dapat disangkal bahwa agama menjadi ruh utama bangsa ini sehingga para tokoh agama berperan penting untuk menjaga kemajemukan sebagai kekayaan dan modal sosial Indonesia.
Keberagamaan Indonesia
Dengan kenyataan beragamnya masyarakat Indonesia, yaitu beragamnya pandangan, keyakinan, pengamalan dan kepentingan masing-masing warga bangsa, termasuk dalam beragama.
Tetapi, keberuntungan Indonesia memiliki satu bahasa persatuan, bahasa Indonesia, sehingga berbagai keragaman keyakinan tersebut dapat dikomunikasikan dan karenanya antarwarga saling memahami.
Meski demikian, gesekan akibat keliru mengelola keragaman tak urung kadang terjadi.
Di Indonesia dalam era demokrasi yang serba terbuka, perbedaan pandangan dan kepentingan di antara warga negara yang beragam dikelola sedemikian rupa.
Sehingga semua aspirasi dapat tersalurkan sebagaimana mestinya.
Demikian halnya dalam beragama, konstitusi dapat menjamin kemerdekaan umat beragama dalam memeluk dan
menjalankan ajaran agama sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya masing-masing.
Konflik berlatar agama ini dapat menimpa berbagai kelompok atau mazhab dalam satu agama yang sama (sektarian atau intra-agama), atau terjadi pada beragam kelompok dalam agama-agama yang berbeda (komunal atau antaragama).
Biasanya, awal terjadinya konflik berlatarbelakang agama ini disulut oleh sikap saling menyalahkan tafsiran dan
pemahaman, yang merasa benar sendiri, serta tidak membuka diri pada tafsir dan pandangan yang lainnya.
Pentingnya Mewujudkan Moderasi Beragama di Lingkungan Kampus.
“Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap dan praktek beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejewantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan bernegara,”.
Sebagaimana kutipan Prof Dr Ali Ramdhani pada Rabu, 30 Maret 2022.
Ditambahkan pula terdapat empat indikator moderasi beragama, yaitu toleransi, anti kekerasan, penerimaan terhadap tradisi dan komitmen kebangsaan.
“Apabila empat indikator tersebut terpenuhi, kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai dan toleran menuju Indonesia maju bukan lagi menjadi hal yang mustahil,” ujarnya.
Mengapa Penting Moderasi Beragama?
Secara umum, jawabannya adalah karena keragaman dalam beragama itu niscaya, tidak mungkin dihilangkan.
Ide dasar moderasi adalah untuk mencari persamaan dan bukan mempertajam perbedaan.
Jika dielaborasi lebih lanjut, setidaknya tiga alasan utama untuk menghidupkan moderasi beragama:
Pertama, salah satu esensi kehadiran agama adalah untuk menjaga martabat manusia sebagai makhluk mulia ciptaan Tuhan, termasuk menjaga untuk tidak menghilangkan nyawanya.
Oleh karenanya, setiap agama selalu membawa misi damai dan keselamatan.
Untuk mencapai itu, agama selalu menghadirkan ajaran tentang keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan.
Agama juga mengajarkan bahwa menjaga nyawa manusia harus menjadi prioritas, menghilangkan satu nyawa sama artinya dengan menghilangkan nyawa keseluruhan umat manusia.
Moderasi beragama menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Kedua, ribuan tahun setelah agama-agama lahir, manusia semakin bertambah dan beragam, bersuku-suku, berbangsa-bangsa, beraneka warna kulit, tersebar di berbagai negeri dan wilayah.
Seiring dengan perkembangan dan persebaran umat manusia, agama juga turut berkembang dan tersebar.
Karya-karya ulama terdahulu yang ditulis dalam bahasa Arab tidak lagi memadai untuk mewadahi seluruh kompleksitas persoalan kemanusiaan.
Sehingga, dibutuhkan moderasi beragama sebagai bentuk konstruksi pemahaman.
Ketiga, khusus dalam konteks Indonesia, moderasi beragama diperlukan sebagai strategi kebudayaan untuk merawat keindonesiaan.
Sebagai bangsa yang sangat heterogen, sejak awal para pendiri bangsa sudah berhasil mewariskan satu bentuk
kesepakatan dalam berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terbukti telah berhasil menyatukan semua kelompok agama, etnis, bahasa dan budaya.
Indonesia disepakati bukan negara agama, tetapi tidak dapat memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari warganya.
Moderat sering disalahpahami dalam konteks beragama di Indonesia.
Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa seseorang yang bersikap moderat dalam beragama berarti tidak teguh pendirian, tidak serius atau tidak sungguh-sungguh dalammengamalkan ajaran agama.
Moderat disalahpahami sebagai kompromi keyakinan teologis beragama dengan pemeluk agama lain.
Jawabannya tentu saja tidak. Moderat dalam beragama sama sekali bukan berarti mengompromikan prinsip-prinsip dasar atau ritual pokok agama demi untuk menyenangkan orang lain yang berbeda paham
keagamaan, atau berbeda agamanya.
Moderasi beragama juga bukan alasan bagi seseorang untuk tidak menjalankan ajaran agamanya secara serius.
Sebaliknya, moderat dalam beragama berarti percaya diri dengan esensi ajaran agama yang dipeluknya, yang
mengajarkan prinsip adil dan berimbang.(*)
Ketidakadilan Pemantik Kericuhan Sosial |
![]() |
---|
Panggilan Jiwa Presiden Mengisi Perut Rakyat Terus Melaju |
![]() |
---|
Bukan Rapat Biasa, Ini Strategi Cerdas Daeng Manye Mencari 'The Next Top Leader' di Takalar |
![]() |
---|
1 Juni: Pancasila Tetap Luhur, Walau Inter Milan Amburadul |
![]() |
---|
Cinta yang Hilang: Bahasa Diam Dalam Hubungan Digital |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.