Ditengah Ketidakpastian Global, Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5,44 % Lebih Baik dari Negara Lain
ketahanan ekonomi nasional diuji melalui guncangan dari unprecendented global crisis pandemi Covid-19 di dua tahun terakhir.
Lembaga IMF juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 dari 3,6 % hingga 3,2 % dan memproyeksikan inflasi yang lebih tinggi.
Respon cepat juga diberikan pemerintah pada kondisi krisis global tersebut dan terus meneruskan upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Bauran kebijakan extraordinary oleh Pemerintah memberi kinerja impresif, pertumbuhan ekonomi hingga 5,01 % (yoy) pada Q1-2022.
Performa juga terus berlanjut pada Q2-2022 hingga 5,44 % (yoy), bahkan berdasarkan PDB harga konstan, Rp2.924 triliun pada Q2-2022 mampu melebihi capaian pra pandemi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga hartarto menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia extraordinary dan mampu mencapai 5,44 % lebih baik dari negara lain.
“Hal tersebut dapat kita capai karena kita menangani Covid-19 dengan jalur yang berbeda dari negara lain,” kata Airlangga.
Pada Q2-2022, pertumbuhan ekonomi didorong dengan capaian tertinggi pada sisi produksi.
Asalnya dari lapangan usaha transportasi dan perdagangan yang mengalami peningkatan hingga 21,27 % (yoy).
Sementara, sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor barang dan jasa yang tumbuh hingga 19,74 % (yoy) melalui peningkatan harga komoditas serta penguatan kapasitas output.
Capaian tertinggi sendiri, disusul dengan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) hingga 5,51 % (yoy).
Hal ini mengindikasikan pulihnya optimisme dan daya beli masyarakat pasca pandemi.
Peningkatan nilai ekspor berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi sekaligus memperlihatkan capaian surplus neraca perdagangan.
Pada Q1-2022, neraca perdagangan mengalami surplus hingga USD9.33 miliar.
Pada Q2-2022, mencatat surplus hingga USD15.55 miliar atau meningkat 148,01 % (yoy).
Neraca perdagangan Indonesia telah konstan merasakan surplus selama 27 bulan berturut-turut dengan rekor tertinggi sepanjang sejarah Republik Indonesia di bulan April 2022, nilai ekspor hingga USD7.56 miliar.
Terjaganya stabilitas surplus neraca perdagangan, tingginya cadangan devisa, dan rasio utang yang masih berada pada level aman dapat diartikan bahwa sektor eksternal Indonesia tumbuh dengan baik.
Leading indicator lain juga turut memperlihatkan perbaikan yang signifikan seperti tingkat inflasi per Juli 2022 yang terjaga di kisaran 4,94 % .
Relatif lebih rendah dibanding banyak negara lainnya, Indeks Keyakinan Konsumen tetap berada dalam zona optimis di angka 123,2, serta Indeks Penjualan Riil (IPR) hingga 204,9 atau tumbuh 8,7 % (yoy).
Iklim dunia usaha juga makin memperlihatkan optimisme dalam pemulihan yang dilihat dari Purchasing Manager’s Index (PMI).
Terus mengalami ekspansi lebih kuat pada bulan Juli dengan capaian hingga 51,3 poin.
Di sisi kredit perbankan juga mencatat pertumbuhan hingga 10,66 % secara tahunan pada Juni 2022.
Capaian ini bahkan melebihi capaian kredit sepanjang 2021 yang tumbuh 5,2 % .
Pertumbuhan kredit sendiri diikuti dengan rasio NPL yang tetap terjaga di kisaran 3,04 % secara bruto dan 0,85 % secara neto.
Perbaikan penyaluran kredit tersebut didorong oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi, serta sebagian besar sektor ekonomi.
Melalui keberhasilam dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional, Pemerintah ikut diberi apresiasi oleh negara-negara lain dan lembaga internasional.
Apresiasi tersebut berupa pengakuan atas sistem pertanian dan pangan yang tangguh serta swasembada beras lewat penggunaan teknologi inovasi padi dari International Rice Research Institute.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara selain Jerman, Denmark, Bangladesh, Barbados, dan Senegal dalam Champions Group of the Global Crisis Response Group (GCRG).
Yang secara proaktif, bertugas untuk merumuskan berbagai kebijakan global dan menavigasi krisis multidimensional mengatasi, utamanya krisis pangan, energi, dan keuangan.
Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun ini, dihadapkan pada harapan global dalam memimpin dan mengakselerasi pemulihan perekonomian dan keuangan global pasca pandemi.
Juga dapat menghadirkan concrete deliverables sebagai solusi dan aksi nyata untuk harapan hidup yang lebih baik.
Tidak hanya itu, Indonesia juga kembali terpilih sebagai Chairman ASEAN 2023.
Melalui kepemimpinan Indonesia tersebut, diharapkan mampu mengatasi tantangan dan risiko dalam pemulihan ekonomi kawasan dan terciptanya ekonomi kawasan yang kuat, kompetitif, dan berkelanjutan.
Menko Airlangga mengucapkan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi yang signifikan ini didorong oleh kebijakan Pemerintah yang memiliki sifat people-first.
“Pemerintah menempatkan diri sebagai masyarakat untuk mempertimbangkan bagaimana dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat akibat dari keputusan-keputusan yang akan dan telah diterapkan,” ucap Menko Airlangga.
Menyongsong momentum peringatan Hari Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia dan sinergi dan kinerja yang responsif serta kolaborasi dengan seluruh elemen bangsa.
Juga hidup dan penghidupan seluruh masyarakat serta ketahanan bangsa diharap dapat terus terjaga dan mampu memicu berlanjutnya percepatan pemulihan perekonomian nasional.
Airlangga juga menambahkan bahwa ia yakin bangsa ini memiliki kapasitas yang tangguh untuk untuk mengatasi berbagai tantangan di masa yang akan datang.
“Dengan keyakinan yang kuat, kita bersama akan mampu membawa bangsa ini untuk terus tumbuh lebih baik demi mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera,” tambah Airlangga.(adv/rerifaabdurahman).