Opini Tribun Timur
Mewaspadai 'Jodoh' Dalam Debat Rel Kereta di Langit atau Bumi Makassar: Please Deh
Ini terlihat lewat ramainya dua orang petinggi di Sulsel dan Kota Makassar sedang mempersoalkan at-grade atau elevated.
Karena sehebat apapun hal yang dirancang oleh Pemprov dan Pemkot namun tak ada yang mengkritik atau memberi saran khususnya pada soal terjebaknya diperdebatan apakah di langit atau di bumi KA ini nanti, kekuatiran juga mungkin akan muncul, jangan-jangan tetap akan kocar kacir juga, bahkan bisa jadi ujung-ujungnya berakhir mangkrak proyek besar ini.
Mungkin tidak ada salahnya apa yang ditulis oleh Edi Suharto tentang analisis stake holder dengan metode Sang Pangeran milik Machiavelli diuji coba oleh para pemikir disekitar mereka berdua.
Metode ini merupakan cara meramalkan atau mengidentifikasi dukungan dan penentangan (oposisi) dari berbagai individu, kelompok dan organisasi-organisasi publik dalam pengambilan keputusan publik.
Mulai dari identifikasi para pemain, menentukan posisi isyu, menentukan kekuasaan, menentukan prioritas dan terakhir adalah memperhitungkan kemungkinan diterimanya dan dimplimentasikan kebijakan tersebut.
Analisis ini bisa jadi akan memberikan banyak dampak positif dalam pelaksanaan proyek ini. Ini sekedar saran saja, walau terkesan semacam menggarami laut.
Pembangunan KA ini kita harapkan bisa tuntas hingga dinikmati oleh masyarakat kita.
Sebab ini persoalan wibawa dan citra Pemprov dan pemkot dalam jangka panjang. Jangan sampai rencana mega proyek ini lagi-lagi adalah prank yang disajikan secara berulang-ulang.
Apatahlagi Masa pemerintahan keduanya pun sisa setahun lebih jelang masuknya Pelaksana Tugas hingga usai pemilihan umum serentak 2024.
Kebijakan keduanya itu akan menjadi pondasi yang kuat dalam menyelesaikan tahapan pembangunan hingga penggunaan fasilitas ini secara resmi, dimana saat itu juga telah hadir sarana transportasi yang nyaman, mudah, efisien dan terjangkau untuk semua kalangan.
Besar harapan kita lahirnya kekompakan pada konsep dan implementasi ide mereka berdua.
Apa yang dilahirkan harus matang untuk urusan yang tak main-main ini.
Penggunaan uang rakyat yang tetap akan menanti untuk dipertanggung jawabkan di yaumil akhir.
Jadi please deh... hentikan perdebatan ini, hati-hati lho!
Saya kuatir bukan kebencian yang akan lahir dari ujung debat kedua top leader Provinsi dan Kota ini. Apatah lagi mereka berdua dalam hal kesungguhan membangun daerah sangat memiliki kemiripan.
Kata orang tua dulu kalo mirip itu berarti sejodoh. Jangan-jangan justru benih 'cinta' lahir yang akan membuat mereka sejodoh di pilgub 2024 nanti. Eyak... Eyak.... Eyak.....!
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/ui-sosiaologin-222.jpg)