Opini Abdul Gafar
Kekerasan
Kekerasan telah menjadi bagian dari sisi kehidupan manusia di muka bumi ini, tanpa melihat perkembangan kebudayaannya.
Warga sipil bisa saja melakukan tindakan kekerasan terhadap orang yang berseragam.
Sebaliknya orang berseragam dapat juga melakukan kekerasan terhadap warga sipil. Artinya, kekerasan memang merupakan bagian dari lingkaran kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Negara dengan segala kewenangan yang dimilikinya dapat ‘memaksakan’ sesuatu kepada warga negara.
Bila warga negara melakukan pembangkangan, maka negara dapat melakukan tindakan yang menghukum atas tindakan itu.
Terjadinya potensi konflik antara negara dengan warga negara, biasa diakhiri dengan kekerasan.
Kegiatan masyarakat yang awalnya tenang-tenang dan kondusif mudah terpicu dari kedua belah pihak lewat ‘jasa’ provokator.
Semakin seru suasana konflik semakin senanglah para provokator.
Tetesan darah yang berserakan hingga nyawa turut melayang dapat menentukan besaran dana yang diperolehnya.
Begitukah ? Hari ini dan hari-hari sebelumnya, nyawa manusia begitu mudahnya ‘lepas’ secara paksa di belahan timur negeri ini.
Daerah yang secara geografis mengandung sumber kekayaan alam yang sangat berlimpah menjadi wilayah pertaruhan nyawa.
Sudah banyak korban di daerah itu. Tidak saja warga sipil, tetapi juga aparat bersenjata turut menjadi santapan serangan sporadis dari penyerang yang ‘hanya’ dinamai Kelompok Kriminal Bersenjata.
Tampaknya negara belum mampu meredam aksi kekerasan di sana. Hal ini juga terjadi karena adanya ‘musuh dalam selimut’ yang turut bermain dalam menyuplai amunisi dan senjata kepada kelompok ini.
Pertaruhan antara idealisme membela negara dan bangsa ini dengan imbalan dana yang cukup besar dan menggiurkan turut melelehkan nasionalisme.
Kasus terkini, terjadi penembakan sesama aparat yang menewaskan satu orang di Jakarta.
Diduga terjadi pelecehan seksual yang berakhir tragis. Kita tunggu hasilnya. (*)