Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini M Ridwan Radief

Pemuda, Harapan di Tengah Kegelapan Integritas

Kompas negara yang sejatinya mengarah pada dermaga kebahagiaan rakyat seketika berbelok pada kepentingan orang perorang.

DOK PRIBADI
Penulis opini Pemuda, Harapan di Tengah Kegelapan Integritas, M Ridwan Radief 

Ini merupakan kesempatan emas untuk berinvestasi menciptakan sumber daya manusia yang kompeten serta membangunan suasana kehidupan kebangsaan yang etis.

Anak muda tidak bisa terus-terusan dibuai angan-angan kehidupan yang monoton atau sekadar mengikuti irama rutinitas.

Pemuda harus bangkit dan bersuara. Narasi-narasi keberpihakan pada rakyat harus diangkat ke langit hingga tak ada satu pun kepentingan paling tinggi kecuali kepentingan rakyat. Inilah tugas anak-anak muda kita.

Meminjam kalimat Yudi Latif “ kita biarkan bangsa ini hancur atau bangkit bertempur” ?

Untuk bangkit dan merdeka, negeri ini membutuhkan pemuda yang memiliki karakter kuat dan cerdas sebagaimana generasi tahun 1920-an.

Saat negeri ini tidak memiliki perkakas yang kuat untuk merdeka, keinginan berkehidupan kebangsaan yang bebas dan merdeka telah terekam dalam ingatan sejarah bangsa ini.

Tahun 1924 Perhimpunan Indonesia di Belanda, mulai merumuskan konsepsi ideologi politiknya bahwa tujuan kemerdekaan politik haruslah didasarkan pada empat prinsip : persatuan nasional, solidaritas, non-kooperasi dan kemandirian.. monumen dari usaha untuk mencari sintesis dari keragaman anasir keindonesiaan itu adalah sumpah pemuda (28 Oktober 1928). Latif (2015:5-7)

Kesadaran Sejarah

Lembaga pendidikan memiliki peran sentral menumbuhkan kesadaran moral anak bangsa.

Selama ini, institusi pendidikan banyak berkutat pada kerangka teoritis. Dialektika argumentasi selalu dibangun di atas pandangan para ahli.

Orientasinya jelas, melahirkan lulusan dengan tingkat kecerdasasan intelektual yang beragam.

Tidak salah. Namun, kehidupan kebangsaan yang etis juga merupakan bagian koheren yang turut membentuk peradaban suatu bangsa.

Karena itu, kesadaran sejarah anak-anak muda hari ini mesti ditumbuhkan sebagai akumulasi dari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan spiritual.

Agoes salim dalam Fajar Asia (no. 170/tahun 1928) melancarkan kritik terhadap gagasan nasionalisme ala eropa yang meminggirkan tuhan. “...kita mesti menujukkan cita-cita yang lebih tinggi dari pada segala benda dan rupa dunia, yaitu kepada hak, keadilan dan keutamaan yang batas dan ukurannya telah ditentukan oleh Allah SWT” Latif (2015:67-68)

Anak-anak muda wajib mengenal sejarah bangsanya. Mereka perlu menyelami lapis-lapis budaya bangsa indonesia agar kehidupan hari ini bertalian dengan suasana kebatinan para pendahulunya.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved