Opini Tribun Timur
Ojigi-Tabe: Perbandingan Budaya Hormat Masyarakat Jepang dan Sulsel
Ekspresi hormat menghormati merupakan perwujudan dari tata krama dan penghargaan kepada sesama, terutama di budaya Timur.
Eshaku pada dasarnya membungkukan badan sedikit saja. Gerakan ini dilakukan untuk memberi salam kepada orang yang dikenal tetapi tidak terlalu akrab.
Atau bisa juga, digunakan oleh atasan untuk membalas ojigi dari bawahannya. Tata cara ojigi lainnya adalah, lain yaitu keirei.
Tata cara ini dilakukan dengan membungkuk penuh hormat. Ojigi ini dilakukan untuk menunjukkan rasa hormat kapada atasan atau orang lain yang usianya lebih tua.
Keirei juga digunakan dalam upacara resmi, ucapan terima kasih dan satu bentuk menunjukkan simpati kepada orang lain.
Jenis ojigi yang terakhir adalah saikeirei. Ojigi yang satu ini dilakukan untuk menunjukkan perasaan menyesal yang sangat mendalam terhadap orang lain.
Saikeirei juga dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat yang besar tehadap orang dengan statusnya jauh lebih tinggi seperti kaisar atau pemimpin negara.
Selain di Jepang, budaya ekspresi penghormatan juga dipraktekkan dalam tradisi masyarakat Sulawesi Selatan.
Di daerah ini, ada tradisi yang disebut dengan budaya tabe. Tradisi tabe merupakan tradisi turun temurun sebagai simbol sopan santun kepada sesama manusia khususnya kepada yang lebih tua.
Implentasi budaya tabe tidak hanya terbatas dalam bentuk ucapan tetapi juga dilakukan melalui gerakan.
Dalam pengucapan kata tabe, kata ini bermakna dan berarti permisi menjadi simbol bentuk penghormatan kepada sesama.
Praktek budaya tabe melalui gerakan dilakukan dengan juga dengan membungkukan badan dan tangan kanan turun ke bawah mengarah ke tanah.
Sikap ini merupakan simbol upaya menghargai dan menghormati siapapun orang di hadapan kita.
Dalam prakteknya sekarang, budaya tabe digunakan masyarakat di Sulawesi Selatan ketika melewati orang-orang sebagai bentuk penghormatan kepada orang lain yang mungkin saja terganggu dengan kita, meski tidak bermaksud demikian.
Walaupun terkadang terlihat sepele, tetapi budaya tabe ini memiliki makna dalam. Tradisi ini melambangkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang diharapkan hidup harmonis dengan sesama.
Melalui tradisi ini juga akan muncul rasa saling menghargai.