Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sejarah Islam di Sulsel

Masjid Tua Katangka & Sejarah Masuknya Islam di Sulawesi Selatan

Masjid lebih dikenal dengan nama Masjid Tua Katangka ini berlokasi di Jl Syech Yusuf No 57, Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulsel.

Penulis: Wahyudin Tamrin | Editor: Sukmawati Ibrahim
WAHYUDIN TAMRIN/ TRIBUN TIMUR
Masjid Tua Katangka, masjid tertua di Sulsel juga saksi masuknya Islam. 

Empat tiang penyangga melambangkan sahabat Rasulullah sebagai khulafaur rasyidin yakni Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Arsitektur masjid dipengaruhi oleh beberapa budaya. Seperti bentuk mimbar pengaruhi budaya Cina. Bentuk dinding dan tiang masjid dipengaruhi budaya Eropa, ukiran Arab pada mimbar dipengaruhi budaya Timur Tengah, serta perpaduan budaya Jawa dan lokal.

Di samping kiri kanan mimbar terdapat dua tongkat. Awalnya, kedua tongkat ini dipegang prajurit untuk menghalau jamaah yang memiliki pemahaman keliru saat khutbah Jumat.

Pasalnya, dipenghujung khutbah Jumat, kata Harun, sebagian jamaah langsung berdiri dan berlomba menggigit konsep daripada khutbah yang dibaca oleh khatib. Konsep tersebut ditulis di daun lontar.

"Jadi sebagian jamaah berkeyakinan bahwa barangsiapa yang menggigit daun lontar tersebut maka benda tajam tidak bisa menembus kulitnya. Kalau hal ini dibiarkan maka bisa mengganggu jalannya salat Jumat," katanya.

"Maka disiapkanlah dua prajurit, untuk menghalau jamaah yang masih berkeyakinan seperti itu," lanjutnya.

Selain digunakan salat lima waktu, masjid ini juga sering digunakan untuk merayakan hari besar Islam seperti maulid.

"Cuman di sini kan kalau kita maulid biasanya dua kali. Seperti peringatan yang disertai dengan ceramah dan kedua juga sesuai dengan adat," katanya.

Masjid ini juga digunakan sebagai pengajian oleh anak TPA. Serta setiap malam Jumat, jamaah membaca Yasin di antara Maghrib dan Isya.

Pengunjung masjid ini bukan hanya warga lokal, tapi juga dari luar Sulawesi hingga mancanegara.

Namun, sejak pandemi terjadi, pengunjung dari daerah luar menurun drastis.

"Dua tahun terakhir tidak pernah lagi ada dari luar negeri," kata harun.

"Hanya ada dari Jawa. Tapi tujuan utama mereka bukan ke sini. Mereka mendapat tugas di Makassar sehingga menyempatkan berkunjung ke masjid tertua di Sulsel ini," lanjutnya.

Tahun ini, baru dua rombongan yang datang. Mereka berasal dari Bantaeng dan Sinjai.

Ia mengatakan, masjid ini biasanya ramai dikunjungi saat menjelang ramadan, ataupun saat libur nasional.

Saat itu, siswa maupun mahasiswa berombongan berkunjung ke masjid itu.

Luas pekarangan masjid Katangka 3.300 meter persegi. Di sekitar masjid, terdapat makam keturunan Raja Gowa.

"Di sini makam raja Gowa mulai dari Raja ke-30," katanya. (*)

Laporan wartawan Tribun Timur, Wahyudin Tamrin

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved