Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sejarah Islam di Sulsel

Masjid Tua Katangka & Sejarah Masuknya Islam di Sulawesi Selatan

Masjid lebih dikenal dengan nama Masjid Tua Katangka ini berlokasi di Jl Syech Yusuf No 57, Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulsel.

Penulis: Wahyudin Tamrin | Editor: Sukmawati Ibrahim
WAHYUDIN TAMRIN/ TRIBUN TIMUR
Masjid Tua Katangka, masjid tertua di Sulsel juga saksi masuknya Islam. 

TRIBUN-GOWA.COM, KATANGKA - Sinar matahari begitu terik, Rabu (23/3/2022) sekira pukul 12.30 Wita. Kendaraan lalu lalang. Sesekali suara bising pengendara sepeda motor terdengar melaju kencang.

Jemaah satu persatu keluar dari Masjid Tua Al Hilal Katangka. Memakai sendalnya. Lalu pergi.

Masjid lebih dikenal dengan nama Masjid Tua Katangka ini berlokasi di Jl Syech Yusuf No 57, Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Di dinding masjid bagian depan tertulis tanggal dibangunnya masjid tertua di Sulsel itu. Tahun 1603.

Saat wartawan tribun-timur.com masuk ke dalam Masjid, beberapa orang sedang salat. Ada yang duduk sambil mengobrol. Salah satunya ialah Harun Rahman Daeng Ngella.

Marbot masjid itu baru saja selesai menunaikan ibadah salat duhur saat ditemui.

Harun begitu ia ingin disapa, mengajak wartawan tribun-timur.com ke sudut kanan masjid, menjauhi teman mengobrolnya.

Pria 44 tahun itu kemudian duduk bersila lalu menceritakan sejarah panjang masjid tua itu dibangun. Bahkan sebelum Raja Gowa memeluk agama Islam.

Berawal saat rombongan ulama dari Yaman berkunjung ke Kerajaan Gowa. Saat itu tepat hari Jumat, sehingga mereka terlebih dulu melaksanakan salat Jumat di daerah Katangka, daerah tempat masjid itu dibangun.

"Setelah mereka salat Jumat, barulah menemui Raja Gowa ke-14 saat itu, I Manggarangi Daeng Manrabbia yang lebih dikenal dengan nama Sultan Alauddin," kata Harun.

Tujuan mereka adalah ingin mengajak Sultan Alauddin masuk agama Islam secara keseluruhan atau kaffah. 

Namun ajakannya ditolak karena ajaran Islam yang disampaikan secara kaffah oleh para ulama itu memiliki banyak hal bertentangan dengan adat dan istiadat pada saat itu.

Berselang beberapa tahun, pedagang dari Eropa, Cina, dan India juga berdatangan. Mereka juga ingin menyebarkan agamanya masing-masing.

"Saat itulah pedagang muslim merasa khawatir. Jangan-jangan Raja Gowa ini masuk agama lain selain Islam," lanjut Harun yang telah menjadi pengurus masjid itu sejak 2004 silam.

Sehingga, kata Harun, diutuslah tiga datuk dari Minangkabau untuk menyebarkan agama Islam di Kerajaan Gowa yakni Datuk ri Bandang, Datuk ri Tiro, dan Datuk ri Patimang.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved