Sidang Nurdin Abdullah
Lengkap! Teks Pledoi Nurdin Abdullah Bikin Merinding: Izinkan Saya Kembali Lanjutkan Amanah Rakyat
Sidang dengan agenda pembacaan pembelaan atau pledoi dari Gubernur Sulsel non aktif ini diwarnai dengan suasana haru.
Awal panggilan saya untuk mengabdi di Bantaeng terjadi di tahun 2002 saat rombongan tokoh masyarakat Bantaeng datang ke rumah saya di perumahan dosen, mereka meminta saya untuk pulang dan membangun kampung halaman.
Namun saat itu saya sudah berkomitmen dengan rekanan Jepang, untuk fokus mengembangkan perusahaan kami PT Maruki International Indonesia, dengan total 2000 karyawan dan berdiri di atas lahan seluas 6,9 Hektar yang terdiri dari 8 pabrik di Kawasan Industri Makassar.
Namun ternyata tidak berhenti disitu, 5 tahun kemudian rombongan masyarakat yang lebih besar menggunakan truk dan pete-pete dari Bantaeng datang ke pabrik dengan tujuan yang sama, meminta saya pulang membangun kampung halaman. Saat itu hati saya tergerak untuk berkunjung setelah puluhan tahun tidak ke Bantaeng, akhirnya saya mengajak istri dan anak-anak ke Bantaeng yang awalnya ditolak oleh mereka karena takut saya masuk politik.
Ijin saya menjelaskan secara singkat yang mulia,
Kondisi Bantaeng saat itu masuk dalam daftar 99 daerah tertinggal di Indonesia. Masalah kemiskinan dan persoalan banjir tahunan yang semakin tahun semakin menyengsarakan masyarakat. Apalagi 90% pendapatan masyarakat berasal dari pertanian, sehingga banjir dan kekeringan saat kemarau mengakibatkan banyak masyarakat yang gagal panen. Di tahun 2008, kuota haji untuk Bantaeng sebagian besar dimanfaatkan oleh jamaah dari kabupaten lain karena kurangnya jamaah dari Bantaeng.
Namun dalam 5 tahun pertama kepemimpinan, semua persoalan tersebut kami selesaikan. Tahun 2010 (2 tahun kepemimpinan), Bantaeng keluar dari predikat daerah tertinggal menjadi kabupaten berkembang, kemudian untuk persoalan banjir tahunan, kami membangun cekdam Balangsikuyu untuk mengontrol debit air saat hujan dan mengalirkan air saat kemarau, sehingga persoalan gagal panen akibat banjir dan kekeringan dapat diminimalisir.
Kemudian pemkab hadir dengan berbagai inovasi pertanian hasil kolaborasi dengan pihak universitas sehingga hasil pertanian meningkat dan pertumbuhan ekonomi dari 4,7% (2007) menjadi 7,3% (2009). Angka kemiskinan kami tekan dari 61% di tahun 2007, menjadi 4,3% di tahun 2016. Di tahun 2013, kuota haji sudah dipenuhi oleh masyarakat Bantaeng bahkan dengan masa tunggu 20 tahun.
Yang Mulia Majelis Hakim
Jaksa Penuntut Umum yang Terhormat
Tim Penasihat Hukum dan hadirin yang saya hormati,
Saya bukanlah orang politik, namun sejak awal saya sudah berkomitmen untuk mengabdi kepada masyarakat. Seluruh kemampuan saya, networking saya dengan Jepang, semuanya saya kerahkan agar bisa bermanfaat untuk masyarakat. Salah satunya, kami menerima hibah ratusan damkar dan ambulance dari Ehime Jepang.
Hal ini bukan hanya untuk Bantaeng, namun juga saya bagikan ke beberapa provinsi di Indonesia secara gratis. Ambulance yang kami terima pun berstandar Internasional sehingga bisa digunakan untuk operasi kecil di tempat. Dengan jumlah armada yang memadai, kami membangun Brigade Siaga Bencana, cukup menghubungi 113, dalam waktu 15 menit ambulance sudah tiba di lokasi bersama tenaga medis.
Hal ini menurunkan angka kematian ibu dan anak yang sangat tinggi di Bantaeng menjadi 0 kasus. Hubungan baik dengan Jepang terus berlanjut hingga di tingkat pemprov, hibah ambulance dan damkar masih terus kami terima bahkan kami sudah meneken MoU sister province dengan provinsi Ehime untuk peningkatan SDM.
Dalam 1 tahun kepemimpinan di Bantaeng, kami berhasil menerima Adipura pertama bahkan berhasil mempertahankan 7 kali berturut-turut dan hal ini berhasil mengubah prilaku masyarakat untuk menjaga kebersihan daerahnya.
Setelah menyelesaikan 2 periode di Bantaeng, saya berencana untuk beristirahat dan kembali ke dunia usaha. Namun panggilan menjadi kepala daerah kembali datang dari masyarakat di berbagai pelosok kabupaten agar saya mengabdi untuk wilayah yang lebih besar, yakni provinsi Sulawesi Selatan. Masyarakat berharap agar inovasi pembangunan yang saya lakukan, dapat merata di sejumlah kabupaten lainnya, tidak hanya di Bantaeng. Kontestasi Pilkada pun berlangsung, Saya bersama Andi Sudirman Sulaiman terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur dengan persentase kemenangan 44,41% dan kami pun berkomitmen mewakafkan diri untuk masyarakat.

Sejak awal kepemimpinan, kami berkolaborasi dengan KPK dan Kejaksaan untuk melakukan penataan aset Pemprov, Alhamdulillah hampir 10 trilliun berhasil terselamatkan. Bahkan di kantor Gubernur kami menyiapkan ruangan khusus untuk KPK, sehingga memudahkan koordinasi dan transparansi. Kami juga melakukan perampingan untuk kegiatan dan program di Pemprov, dari total 2000 program dan 8000 kegiatan, kami rampingkan menjadi 200 program dan 400 kegiatan. Hal itu kami lakukan agar program yang direalisasikan lebih tepat sasaran dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat untuk jangka panjang
Sepanjang tahun saya secara rutin berkeliling mengunjungi daerah, dan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan saya sejak menjadi Bupati.
Bagi saya, selain berkoordinasi dengan para OPD, mendengar dan melihat langsung apa yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah hal yang sangat penting. Dari kunjungan demi kunjungan¸ saya lalu memaksimalkan pelayanan kami dengan terus menggenjot pembangunan infrastruktur melalui pemberian Bantuan Keuangan Daerah. Adapun beberapa daerah yang sudah rampung infrastrukturnya melalui bantuan tersebut, antara lain infrastruktur jalan di Sinjai Barat yang sejak Indonesia merdeka belum pernah merasakan jalanan beraspal sekarang sudah bisa dinikmati oleh masyarakat, kemudian pedestrian titik nol di Bira, Anjungan sungai Matallo Enrekang, dan masih banyak lagi.
Pembangunan lain yang juga sudah dinikmati oleh masyarakat adalah pembukaan akses daerah terisolir di Seko yang terkenal dengan ojek termahalnya karena membutuhkan waktu 3 hari untuk menempuh 126 km. Menjadi daerah terisolir membuat Seko terlihat sebagai wilayah yang tidak potensial.